Gianyar (Antaranews Bali) - Kadis Pertanian Pemkab Gianyar I Made Raka menilai minimnya petani pada usia produktif mengancam sektor pertanian di kabupaten setempat, karena akan mengurangi populasi petani yang menggarap lahan pertanian dan lahan pertanian kemudian beralih fungsi menjadi lahan pariwisata.

"Kami akui dan prihatin, memang mayoritas petani di kabupaten Gianyar ini merupakan petani usia non produktif, rata-rata di atas usia 60 tahun. Sedikit pemuda mau menjadi petani atau petani di usia produktif sedikit sekali," katanya di Gianyar, Jumat.

Selain itu, para petani merupakan profesi sampingan bukan utama karena rata-rata lahan pertanian yang digarap itu antara 20 - 25 are (2.000 meter persegi - 2.500 meter persegi) sehingga tidak akan mampu menopang biaya hidup petani dan keluarganya. "Sedikit petani yang merupakan profesi utama," tambah dia.

Di Gianyar, para pemuda atau petani usia produktif itu lebih tertarik menjadi petani holtikultura karena dari segi pendapatan dan perkembangan usaha lebih menjanjikan dan prosepektif. "Kami akan mencoba mendata, populasi petani di Gianyar yang masih usia produktif dan non produktif. Tapi dari lapangan umumnya petani di sini sudah berada di usia non produktif," tambah Kadis pertanian.

"Para pemuda saat ini lebih tertarik bekerja di sektor pariwisata yang lebih menjanjikan dan tidak perlu kotor. Memang menjadi ancaman jika para petani tua sudah tidak mampu lagi bekerja maka lahan pertanian akan ikut berubah menjadi lahan pariwisata. Akibatnya, lahan dan produk pertanian, terutama padi dan beras akan menurun," ujar I Made Raka.

Diakui, terjadi penurunan jumlah luas areal pertanian di kabupaten Gianyar dari 14.420 hektare menjadi 14.376 hektare. Terjadi penurunan sekitar 44 hektare. Peralihan fungsi lahan pertanian paling banyak di kecamatan Ubud, disusul Gianyar dan Sukawati. Daerah yang paling berkembang sektor pariwisatanya yakni kecamatan Ubud dan Sukawati di sanalah paling banyak perubahan lahan pertanian menjadi lahan pariwisata seperti untuk pembangunan hotel, resort, restoran, cafe atau villa.

Pekaseh Banjar Tati Api, desa Pejeng Kawan, kecamatan Tampak Siring, I Nyoman Ngurah mengakui, sebagian besar petani di wilayah Subaknya merupakan petani di atas usia non produktif. "Ini memang menjadi masalah dan ancaman jika para petani tua ini kemudian sudah tidak mampu bekerja sebagai petani karena usia dan kemampuan fisiknya atau meninggal dunia. Tidak ada kaderisasi dan penerusnya," katanya.

Akibatnya, lahan pertanian kemudian dikontrakan dan biasanya kemudian menjadi lahan pariwisata, kata I Nyoman Ngurah.

Seorang petani di Ubud, Agung Tikar, 65 thn, mengaku menjadi petani setelah pensiun sebagai pekerja formal. "Setelah pensiun, saya menggarap lahan pertanian seluas 23 are (2.300 meter persegi). Sekali panen sekitar tiga kwintal gabah kering," katanya. 

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018