Denpasar (Antaranews Bali) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bali mendorong penguatan industri kreatif dan pertanian di daerah setempat untuk mengantisipasi melambatnya pertumbuhan ekonomi akhir tahun 2017 karena dampak erupsi Gunung Agung.
"Jika erupsi terjadi dalam jangka waktu yang lama, penguatan itu perlu dilakukan dan kami dorong sinergi semua pihak," kata Ketua Hipmi Bali I Gusti Nyoman Darmaputra di Denpasar, Rabu.
Menurut Darmaputra, sektor pertanian merupakan sektor kedua terbesar yang berkontribusi bagi perekonomian Bali setelah sektor pariwisata yang bertengger di posisi pertama.
Namun mengingat pariwisata terkena dampak yang besar dari erupsi Gunung Agung, maka pihaknya mengharapkan agar pertanian dan ekonomi kreatif lebih banyak digenjot.
Membantu akses permodalan dan pemasaran hasil dari dua sektor tersebut, kata dia, juga perlu lebih banyak didorong agar mereka tumbuh berkelanjutan termasuk membina sumber daya manusianya.
Penguatan industri kreatif dan pertanian merupakan dua dari beberapa masukan yang mengemuka dalam rembug yang digelar Hipmi Bali bertajuk "cari solusi dampak erupsi" yang di Sanur Denpasar dihadiri pelaku usaha dari berbagai sektor, kalangan pemerintahan, perbankan dan akademisi.
"Kami akan rumuskan hasil dari rembug ini dan akan kami tindaklanjuti juga kepada pemerintah dalam waktu dekat," ucap Ketua Hipmi Bali yang baru dilantik itu.
Senada dengan Darmaputra, Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Darmawijaya Mantra yang turut hadir dalam rembug tersebut juga mendorong optimalisasi ekonomi pertanian agar kontribusinya terhadap ekonomi di Bali bisa sama dengan atau lebih tinggi dari sektor pariwisata.
Terkait pengembangan ekonomi kreatif, pihaknya telah memberikan kemudahan salah satunya untuk perizinan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
"Tidak hanya menambah produksi tetapi menambah kualitas produk juga perlu," katanya.
Bank Indonesia sebelumnya memperkirakan prospek ekononi Bali tahun 2017 dipengaruhi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Kondisi itu menyebabkan tertahannya kinerja ekspor jasa Bali pada triwulan keempat tahun ini yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan pada kisaran 5,7 hingga 6,1 persen tahun 2017. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Jika erupsi terjadi dalam jangka waktu yang lama, penguatan itu perlu dilakukan dan kami dorong sinergi semua pihak," kata Ketua Hipmi Bali I Gusti Nyoman Darmaputra di Denpasar, Rabu.
Menurut Darmaputra, sektor pertanian merupakan sektor kedua terbesar yang berkontribusi bagi perekonomian Bali setelah sektor pariwisata yang bertengger di posisi pertama.
Namun mengingat pariwisata terkena dampak yang besar dari erupsi Gunung Agung, maka pihaknya mengharapkan agar pertanian dan ekonomi kreatif lebih banyak digenjot.
Membantu akses permodalan dan pemasaran hasil dari dua sektor tersebut, kata dia, juga perlu lebih banyak didorong agar mereka tumbuh berkelanjutan termasuk membina sumber daya manusianya.
Penguatan industri kreatif dan pertanian merupakan dua dari beberapa masukan yang mengemuka dalam rembug yang digelar Hipmi Bali bertajuk "cari solusi dampak erupsi" yang di Sanur Denpasar dihadiri pelaku usaha dari berbagai sektor, kalangan pemerintahan, perbankan dan akademisi.
"Kami akan rumuskan hasil dari rembug ini dan akan kami tindaklanjuti juga kepada pemerintah dalam waktu dekat," ucap Ketua Hipmi Bali yang baru dilantik itu.
Senada dengan Darmaputra, Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Darmawijaya Mantra yang turut hadir dalam rembug tersebut juga mendorong optimalisasi ekonomi pertanian agar kontribusinya terhadap ekonomi di Bali bisa sama dengan atau lebih tinggi dari sektor pariwisata.
Terkait pengembangan ekonomi kreatif, pihaknya telah memberikan kemudahan salah satunya untuk perizinan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
"Tidak hanya menambah produksi tetapi menambah kualitas produk juga perlu," katanya.
Bank Indonesia sebelumnya memperkirakan prospek ekononi Bali tahun 2017 dipengaruhi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Kondisi itu menyebabkan tertahannya kinerja ekspor jasa Bali pada triwulan keempat tahun ini yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan pada kisaran 5,7 hingga 6,1 persen tahun 2017. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017