Denpasar (Antara Bali) - Produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) di Bali tumbuh negatif sebesar 1,14 persen selama triwulan ketiga 2017, atau berada di bawah pertumbuhan nasional pada periode yang sama mancapai 2,27 persen.
Demikian pula produksi IBS, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2016 tumbuh negatif sebesar 0,84 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Namun,lanjut dia, besaran pertumbuhan IBS tersebut juga berada di bawah pertumbuhan secara nasional pada periode yang sama mencapai 5,51 persen.
Ia mengatakan bahwa produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) pada Triwulan III 2017 naik sebesar 1,10 persen dari produksi IMK pada triwulan kedua 2017.
Akan tetapi, dilihat secara tahunan, produksi IMK di Bali pada Triwulan III 2017 naik sebesar 4,33 persen dari data produksi IMK triwulan yang sama pada tahun 2016 yakni sebesar 3,82 persen atau mengalami percepatan sebesar 0,51 persen.
Adi Nugroho menjelaskan bahwsa produksi IBS di Bali yang mengalami pertumbuhan positif, antara lain, industri makanan tumbuh sebesar 4,88 persen dan industri tekstil 0,57 persen.
Produksi IBS yang mengalami pertumbuhan negatif meliputi industri minuman sebesar 3,27 persen, industri pakaian jadi 2,54 persen, industri kayu, barang dari kayu, gabus, barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya 0,01 persen.
Ia menyebutkan produksi IMK di Bali pada Triwulan III 2017 tumbuh positif sebesar 1,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal itu merupakan hasil survei setiap bulan di kabupaten yang menjadi sentra pengembangan industri manufaktur besar dan sedang yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Buleleng, dan Kota Denpasar.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Demikian pula produksi IBS, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2016 tumbuh negatif sebesar 0,84 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Namun,lanjut dia, besaran pertumbuhan IBS tersebut juga berada di bawah pertumbuhan secara nasional pada periode yang sama mencapai 5,51 persen.
Ia mengatakan bahwa produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) pada Triwulan III 2017 naik sebesar 1,10 persen dari produksi IMK pada triwulan kedua 2017.
Akan tetapi, dilihat secara tahunan, produksi IMK di Bali pada Triwulan III 2017 naik sebesar 4,33 persen dari data produksi IMK triwulan yang sama pada tahun 2016 yakni sebesar 3,82 persen atau mengalami percepatan sebesar 0,51 persen.
Adi Nugroho menjelaskan bahwsa produksi IBS di Bali yang mengalami pertumbuhan positif, antara lain, industri makanan tumbuh sebesar 4,88 persen dan industri tekstil 0,57 persen.
Produksi IBS yang mengalami pertumbuhan negatif meliputi industri minuman sebesar 3,27 persen, industri pakaian jadi 2,54 persen, industri kayu, barang dari kayu, gabus, barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya 0,01 persen.
Ia menyebutkan produksi IMK di Bali pada Triwulan III 2017 tumbuh positif sebesar 1,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal itu merupakan hasil survei setiap bulan di kabupaten yang menjadi sentra pengembangan industri manufaktur besar dan sedang yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Buleleng, dan Kota Denpasar.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017