Negara (Antara Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana mengalami kondisi ekonomi yang tidak menentu, akibat hasil tangkap laut yang tidak stabil.

"Baru beberapa bulan ada ikan setelah hampir dua tahun paceklik, sekarang hasil tangkap sepi lagi," kata H. Sulaimik, salah seorang pengurus perahu di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Rabu.

Ia mengatakan, harapan nelayan cukup besar saat ikan mulai ada di laut sekitar empat bulan lalu, namun saat ini ikan jenis tongkol dan lemuru yang menjadi sasaran tangkap nelayan kembali menghilang.

Menurutnya, banyak kendala yang harus dihadapi nelayan Kabupaten Jembrana, tidak hanya ikan yang menghilang dari perairan Selat Bali, tapi juga cuaca yang bisa berubah buruk setiap saat.

"Sering saat berangkat cuaca bagus, tapi begitu sampai di tengah laut mendadak badai datang. Kalau sudah seperti itu, meskipun ada ikan, nelayan tidak berani menebar jaring, takut terseret ombak besar disertai angin kencang," katanya.

Keluhan hasil tangkap yang tidak menentu juga disampaikan Akim, anak buah perahu selerek, yang terpaksa sering libur karena perahunya tidak melaut.

Ia mengatakan, dengan kondisi hasil tangkap seperti saat ini, pemilik perahu serta anak buahnya berhitung betul sebelum melaut, karena kalau tidak mendapat ikan mereka rugi biaya operasional.

"Sekali melaut membutuhkan biaya operasional seperti bahan bakar hingga jutaan rupiah. Kalau berkali-kali tidak mendapat ikan, sudah jelas kerugiannya," katanya.

Samsuri, Madek Rahman dan beberapa nelayan lainnya juga mengaku, mereka sering libur karena tidak yakin saat melaut mendapatkan ikan.

Untuk menopang ekonomi keluarganya, banyak nelayan yang bekerja serabutan seperti menjadi buruh bangunan.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017