Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan mencatat pembiayaan untuk modal kerja mendominasi realisasi kredit perbankan di Bali yang mencapai Rp32 triliun dari total Rp81 triliun penyaluran pada periode Januari hingga Agustus 2017.

Kepala OJK Regional Bali dan Nusa Tenggara Hizbullah di Denpasar, Minggu, mengatakan porsi realisasi kredit yang lebih besar untuk modal kerja diprediksi karena perbankan turut mendorong usaha masyarakat sehingga perlu mendapatkan pembiayaan yang diharapkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

OJK mencatat realisasi kredit modal kerja dari perbankan umum, syariah dan bank perkreditan rakyat (BPR) selama periode Januari-Agustus 2017 melonjak 5,8 persen dari Rp30,3 triliun periode sama tahun sebelumnya menjadi Rp32 triliun.

Selain untuk modal kerja, penyaluran kredit perbankan di Bali juga dikucurkan untuk investasi sebesar Rp17,8 triliun atau melonjak 8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Realisasi kredit untuk konsumsi juga tercatat mengalami kenaikan terbesar kedua setelah modal kerja mencapai Rp31,1 triliun dengan pertumbuhan yang paling besar yakni 10,4 persen dari realisasi periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp28,1 triliun.

OJK mencatat tiga besar sektor usaha yang paling banyak menyerap kredit di bank umum yakni bukan lapangan usaha sebesar Rp27,6 triliun atau 38,6 persen, perdagangan besar dan eceran Rp23 triliun atau 32 persen serta hotel dan restoran sebesar Rp7,1 triliun atau hampir 10 persen.

Sedangkan di BPR, sektor bukan lapangan usaha mencapai Rp2,9 triliun atau 31,2 persen, disusul perdagangan besar dan eceran Rp2,6 triliun (28 persen) dan real estate sebesar Rp1,2 triliun atau 13 persen.

Meski rata-rata realisasi penyaluran kredit berdasarkan jenis pengunaannya itu meningkat, OJK mengharapkan agar perbankan lebih optimal merealisasikan kredit. (*)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017