Bangli (Antara Bali) - Para pelaku pariwisata di objek wisata Batur, Kabupaten Bangli, Bali mengeluhkan sepinya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke daerah itu pascapeningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung yang kini berstatus Awas.
"Hari ini saya baru dapat jualan Rp50 ribu. Kemarin bahkan tidak dapat jualan sepeserpun," kata Nengah Srinten (70), salah satu pelaku wisata, di Batur, Selasa.
Penurunan kunjungan wisatawan terjadi setelah Gunung Agung mulai ramai diberitakan di media massa, terutama media massa yang tak mendasarkan informasi pada fakta (verifikasi), bahkan dirasakan penurunan kunjungan mencapai 70 persen lebih.
Srinten mengaku sebelum heboh status Gunung Agung, kunjungan wisatawan mancanegara ke salah satu destinasi andalan Kabupaten Bangli tersebut cukup ramai baik di hari biasa maupun akhir pekan. Namun, saat ini hampir sepanjang hari selalu sepi.
Objek wisata Gunung Batur merupakan salah satu objek wisata berbasis alam. Batur menyediakan berbagai jenis pemandangan alam mulai dari pemandangan danau, gunung api yang masih aktif dan juga Desa Truyan yang tergolong desa tua.
Srinten merasakan dampak luar biasa dari pemberitaan Gunung Agung. Terlebih lagi, lokasi Gunung Agung dan Batur tidak berjarak terlalu jauh. Hanya sekitar 20 kilometer saja.
"Saya berharap situasi ini segera berlalu. Apalagi saya sudah tua, jadi saya tidak bisa kerja lain, saya hanya bisa jualan aksesoris dan juga buah-buahan saja disini," tutur Srinten.
Dalam sehari rata-rata hanya mendapatkan penghasilan Rp100 ribu. Padahal, sebelum Gunung Agung berstatus Awas, penghasilan yang didapat bisa melebihi Rp300 ribu.
"Saya pasrah saja. Semua mengeluh yang sama. Tamu juga sepi. Tamu lokal juga sama. Paling yang lokal pada hari libur saja ramai," tutur dia.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata, utamanya mancanegera (Wisman).
Kemenpar mencatat penurunan sekitar 100 ribu orang atau sekitar 20 persen dari total kunjungan wisman setiap bulan mencapai 500 ribu orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Hari ini saya baru dapat jualan Rp50 ribu. Kemarin bahkan tidak dapat jualan sepeserpun," kata Nengah Srinten (70), salah satu pelaku wisata, di Batur, Selasa.
Penurunan kunjungan wisatawan terjadi setelah Gunung Agung mulai ramai diberitakan di media massa, terutama media massa yang tak mendasarkan informasi pada fakta (verifikasi), bahkan dirasakan penurunan kunjungan mencapai 70 persen lebih.
Srinten mengaku sebelum heboh status Gunung Agung, kunjungan wisatawan mancanegara ke salah satu destinasi andalan Kabupaten Bangli tersebut cukup ramai baik di hari biasa maupun akhir pekan. Namun, saat ini hampir sepanjang hari selalu sepi.
Objek wisata Gunung Batur merupakan salah satu objek wisata berbasis alam. Batur menyediakan berbagai jenis pemandangan alam mulai dari pemandangan danau, gunung api yang masih aktif dan juga Desa Truyan yang tergolong desa tua.
Srinten merasakan dampak luar biasa dari pemberitaan Gunung Agung. Terlebih lagi, lokasi Gunung Agung dan Batur tidak berjarak terlalu jauh. Hanya sekitar 20 kilometer saja.
"Saya berharap situasi ini segera berlalu. Apalagi saya sudah tua, jadi saya tidak bisa kerja lain, saya hanya bisa jualan aksesoris dan juga buah-buahan saja disini," tutur Srinten.
Dalam sehari rata-rata hanya mendapatkan penghasilan Rp100 ribu. Padahal, sebelum Gunung Agung berstatus Awas, penghasilan yang didapat bisa melebihi Rp300 ribu.
"Saya pasrah saja. Semua mengeluh yang sama. Tamu juga sepi. Tamu lokal juga sama. Paling yang lokal pada hari libur saja ramai," tutur dia.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata, utamanya mancanegera (Wisman).
Kemenpar mencatat penurunan sekitar 100 ribu orang atau sekitar 20 persen dari total kunjungan wisman setiap bulan mencapai 500 ribu orang. (WDY)
Video oleh Bagus Andi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017