Sebagian besar anak-anak Sekolah Dasar dari lereng Gunung Agung, Bali, yang mengungsi bersama orang tuanya ke tempat aman di berbagai lokasi mulai mengikuti proses belajar mengajar di sekolah terdekat, meskipun tanpa mengenakan seragam sekolah.

Mereka berbaur dengan teman-temannya di sekolah yang baru untuk mengikuti pendidikan yang sama seperti di sekolah tempat asalnya, dengan harapan proses belajar mengajar di tempat penampungan sementara dapat terlaksana dengan baik.

Meskipun awalnya menghadapi berbagai hambatan, akhirnya semua anak yang tersebar di 114 titik posko pengungsian di Klungkung, tetangga paling dekat dengan Kabupaten Karangasem dapat kembali menikmati pendidikan.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika sebelumnya telah menginstruksikan sekolah di tempat pengungsian jika tidak mampu menampung murid dapat menerapkan kelas ganda.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PWMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem itu dari Level III (Siaga) menjadi level IV atau Awas mulai Jumat (22/9) malam.

Dengan peningkatan status vulkanik gunung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan air laut itu, maka wilayah steril yang semula radius enam kilometer dari puncak gunung itu diperluas menjadi sembilan kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya.

Bersamaan dengan peningkatan status gunung berapi tersebut Pemerintah Kabupaten Karangasem, melalui Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga setempat I Gusti Ngurah Kartika sejak Jumat (22/9) pagi telah menghentikan proses belajar mengajar di 36 sekolah di enam desa yang masuk daerah rawan bencana atau dampak erupsi.

Sejak peningkatan status itu, arus pengungsi terus mengalir dan hingga Senin (25/9) malam tercatat 59.820 orang tersebar di 126 titik di Kabupaten Klungkung, Gianyar, Bangli, Badung, Denpasar, Tabanan, Jembrana, dan Buleleng.

Sekolah yang dihentikan aktivitas belajar mengajar itu, di Desa Ban, Kecamatan Kubu delapan unit, Desa Buana Giri, Bebandem tujuh unit, Desa Jungutan, Bebandem enam unit, Desa Besakih, Kecamatan Rendang enam unit, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu empat unit, dan Desa Sebudi, Kecamatan Selat empat unit.

Ribuan murid

Di Kabupaten Klungkung, sebagai daerah tetangga paling dekat dengan Kabupaten Karangasem, namun aman dari kemungkinan erupsi Gunung Agung menampung pengungsi 2.745 kepala keluarga (KK) atau 8.551 jiwa yang tersebar di 84 titik.

Dari jumlah itu 3.741 jiwa di antaranya menempati GOR Soecapura Semarapura, Kabupaten Klungkung. Dari pengungsi itu ribuan anak sekolah ditumpang secara merata di sekolah terdekat.

Berkat koordinasi dan kerja sama yang baik berbagai hambatan dapat diatasi sehingga mulai Selasa (26/9) anak-anak pengungsi sudah mengikuti proses belajar mengajar seperti sendiakala.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung, Bali, Dewa Gede Darmawan menjelaskan 1.915 anak di daerah pengungsian Kabupaten Klungkung itu terdiri atas murid Taman Kanak-Kanak 101 orang, Sekolah Dasar (901 orang), Sekolah Menengah Pertama (443 orang), Sekolah Menengah Atas (431 orang), Sekolah Menengah Kejuruan (37 orang), Program Kejar Paket C dua orang.

Sebanyak 901 murid SD ditampung tersebar di 23 sekolah dari 30 SD di Kecamatan Klungkung, menyusul di Kecamatan Banjarangkan 24 SD, dan Kecamatan Dawan 16 SD.

Siswa pengungsi SMP diserap di 13 sekolah dari 14 sekolah yang ada di daerah itu. Siswa SMA/SMK ditampung sementara di 11 sekolah.

Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menaruh perhatian besar terhadap para pengungsi untuk memenuhi tempat penampungan sementara yang layak, kebutuhan hidup sehari-hari, dan kelangsungan pendidikan bagi anak-anak.

Demikian pula untuk seragam sekolah siswa pengungsi SMP, SMA/SMK diharapkan segera dapat diatasi dengan menggandeng berbagai pihak.

Demikian pula untuk pakaian sekolah anak SD sudah ada yang membantu dan kini tinggal menyalurkannya, disamping beberapa anak pengungsi membawa seragam sekolah.

Hal yang sama juga dilakukan seluruh bupati dan wali kota di Bali yang juga menerima para pengungsi dengan memberikan bantuan yang maksimal serta mengusahakan kelangsungan pendidikan bagi anak-anak.

Pemkab Klungkung untuk mendukung kelancaran transportasi anak didik menyiagakan 82 unit angkutan kota (angkot) yang beroperasi untuk antar jemput siswa.

Madrasah siap

Ketua Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Provinsi Bali Rahmat mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dan siap membantu pendidikan anak pengungsi yang terganggu oleh aktivitas Gunung Agung.

Ia yang juga Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Loloan Timur, Kabupaten Jembrana itu, menjelaskan semua Madrasah Ibtidaiyah di Bali siap menampung anak pengungsi sebagai murid sementara, agar pendidikannya tidak terganggu.

Pihaknya tidak khawatir kekurangan ruang kelas karena masuknya anak-anak pengungsi. Semua bisa dikondisikan dalam situasi darurat. Di Kabupaen Jembrana yang juga menerima para pengungsi dari Karangsem itu memiliki 19 Madrasah Ibtidaiyah Negeri maupun swasta yang tersebar hampir di setiap kecamatan.

Kesiapan untuk menampung anak-anak pengungsi juga diungkapkan Ketua Yayasan Darussalam Pengambengan, Ali Rahman. Pihaknya memiliki jenjang pendidikan RA (setingkat TK), MI (setingkat SD) dan MTs (setingkat SMP).

"Kami membuka pintu selebar-lebarnya kepada anak-anak pengungsi untuk bersekolah, termasuk memiliki asrama pondok pesantren yang bisa digunakan jika ingin sekalian tinggal," ujar Ali Rahman.

Ruang kelas cukup memadai untuk menampung belasan murid, termasuk jika kurang, mushalla pondok pesantren bisa dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar.

Kepala MTs Darussalam Maria Ulfa mengatakan pihaknya menerima surat edaran dari Kantor Kementerian Agama Karangasem yang murid MTs asal kabupaten tersebut agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di wilayah pengungsian terdekat.

Dalam surat edaran itu, hampir seluruh murid MTs yang berjumlah 435 orang mengungsi akibat aktivitas vulkanik Gunung Agung. Untuk itu semua sekolah di Bali barat siap menerimanya.  (WDY)

------------
*) Penulis adalah wartawan dan redaktur LKBN Antara Biro Bali.

Pewarta: I Ketut Sutika *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017