Gianyar (Antara Bali) - Ribuan masyarakat Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali ikut ambil bagian dalam gerak jalan santai menelusuri hamparan lahan sawah Subak Pulagan telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
Gerak jalan santai memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Kemerdekaan RI dilepas Wakil Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra di depan kantor camat setempat, Sabtu.
Kegiatan tersebut melibatkan murid sekolah dasar (SD), siswa sekolah menengah pertama (SM), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berbaur dengan masyarakat setempat.
Peserta dari Kantor Camat Tampaksiring melewati pura Bale Agung, Balai Banjar Gria dan menelusuri Subak Pulagan.
Wakil Bupati Made Agus Mahayastra didampingi Ketua DPRD Kabupaten Gianyar I Wayan Tagel Winarta yang berbaur dengan masyarakat setempat tidak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat keindahan Subak Pulagan yang asri dan alami, meski sudah sering kali ke sana.
Ia mengapresiasi dan berterimakasih kepada masyarakat, khususnya petani Subak Pulagan yang telah berupaya menjaga alam sehingga Subak Pulagan diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.
Subak Pulagan di Kawasan Hulu Tukad Pekerisan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar menurut Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia bisa menjadi alternatif pengganti Subak Jatiluwih, Kabupaten Tabanan yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
Wisman bisa mengalihkan kunjungan ke wilayah Subak Pulagan sekaligus mengunjungi kawasan Pura Gunung Kawi dan Pura Tirta Empul yang memiliki belasan pancuran untuk ritual penyucian diri.
Windia yang juga ketua pusat penelitian subak Unud itu menilai daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan yang memiliki dua subak, salah satunya Subak Pulagan di Kabupaten Gianyar merupakan satu-kesatuan dengan kawasan Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, kawasan suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli.
Wisatawan dalam dan luar negeri yang mengunjungi Subak Pulagan selanjutnya bisa mengunjungi objek wisata lain yang dekat dengan lokasi itu antara lain cagar budaya yakni Pura Pegulingan, dan Pura Mengening.
Kawasan Subak Pulagan merupakan sebuah organisasi pengairan tradisional biang pertanian yang sangat bersejarah. Subak itu dibangun pada zaman keemasan Dinasti Warmadewa tatkala memerintah di Bali, yakni pada zaman pemerintahan Prabu Udayana Warmadewa, abad ke-10 dan ke-11.
Subak tersebut langsung mendapatkan air irigasi dari mata air yang ada di kawasan Pura Tirta Empul, salah satu objek wisata yang lokasinya bersebelahan dengan Istana Presiden Tampaksiring.
Oleh sebab itu, kawasan Subak Pulagan dianggap sebagai subak yang keramat, karena jika ada ritual berskala besar di kawasan Tampaksiring dan sekitarnya, harus membuat bahan sesajen tertentu yang berasal dari beras hasil tanaman padi di Subak Pulagan.
"Keperluan ritual lainnya seperti belut, kelipes, belauk, capung, belalang untuk keperluan sesajen juga harus memanfaatkan yang berasal dari kawasan Subak Pulagan," ujar Prof Windia.
Jalan santai menelusuri subak tersebut dirangkai dengan pemeriksaan gula darah dan kesehatan darah secara gratis serta senam poco-poco bersama para ibu-ibu PKK.
Acara tersebut dimeriahkan dengan pengundian "door prize" yang menyediakan berbagai jenis hadiah yang diselingi hiburan pelawak Sengap dan penyanyi Nanoe Biroe. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Gerak jalan santai memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Kemerdekaan RI dilepas Wakil Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra di depan kantor camat setempat, Sabtu.
Kegiatan tersebut melibatkan murid sekolah dasar (SD), siswa sekolah menengah pertama (SM), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berbaur dengan masyarakat setempat.
Peserta dari Kantor Camat Tampaksiring melewati pura Bale Agung, Balai Banjar Gria dan menelusuri Subak Pulagan.
Wakil Bupati Made Agus Mahayastra didampingi Ketua DPRD Kabupaten Gianyar I Wayan Tagel Winarta yang berbaur dengan masyarakat setempat tidak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat keindahan Subak Pulagan yang asri dan alami, meski sudah sering kali ke sana.
Ia mengapresiasi dan berterimakasih kepada masyarakat, khususnya petani Subak Pulagan yang telah berupaya menjaga alam sehingga Subak Pulagan diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.
Subak Pulagan di Kawasan Hulu Tukad Pekerisan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar menurut Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia bisa menjadi alternatif pengganti Subak Jatiluwih, Kabupaten Tabanan yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
Wisman bisa mengalihkan kunjungan ke wilayah Subak Pulagan sekaligus mengunjungi kawasan Pura Gunung Kawi dan Pura Tirta Empul yang memiliki belasan pancuran untuk ritual penyucian diri.
Windia yang juga ketua pusat penelitian subak Unud itu menilai daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan yang memiliki dua subak, salah satunya Subak Pulagan di Kabupaten Gianyar merupakan satu-kesatuan dengan kawasan Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, kawasan suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli.
Wisatawan dalam dan luar negeri yang mengunjungi Subak Pulagan selanjutnya bisa mengunjungi objek wisata lain yang dekat dengan lokasi itu antara lain cagar budaya yakni Pura Pegulingan, dan Pura Mengening.
Kawasan Subak Pulagan merupakan sebuah organisasi pengairan tradisional biang pertanian yang sangat bersejarah. Subak itu dibangun pada zaman keemasan Dinasti Warmadewa tatkala memerintah di Bali, yakni pada zaman pemerintahan Prabu Udayana Warmadewa, abad ke-10 dan ke-11.
Subak tersebut langsung mendapatkan air irigasi dari mata air yang ada di kawasan Pura Tirta Empul, salah satu objek wisata yang lokasinya bersebelahan dengan Istana Presiden Tampaksiring.
Oleh sebab itu, kawasan Subak Pulagan dianggap sebagai subak yang keramat, karena jika ada ritual berskala besar di kawasan Tampaksiring dan sekitarnya, harus membuat bahan sesajen tertentu yang berasal dari beras hasil tanaman padi di Subak Pulagan.
"Keperluan ritual lainnya seperti belut, kelipes, belauk, capung, belalang untuk keperluan sesajen juga harus memanfaatkan yang berasal dari kawasan Subak Pulagan," ujar Prof Windia.
Jalan santai menelusuri subak tersebut dirangkai dengan pemeriksaan gula darah dan kesehatan darah secara gratis serta senam poco-poco bersama para ibu-ibu PKK.
Acara tersebut dimeriahkan dengan pengundian "door prize" yang menyediakan berbagai jenis hadiah yang diselingi hiburan pelawak Sengap dan penyanyi Nanoe Biroe. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017