Gianyar (Antara Bali) - Sebanyak 40 orang remaja putra dari sejumlah kabupaten/kota di Bali ikut ambil bagian dalam Lomba Bapang Barong Ketet dan Mekendang di Pura Dalem Tengaling Pangukur-Ngukur, Banjar Sengguan Desa Singapadu, Sukawati.

Informasi dari Humas Pemkab Gianyar yang diterima Antara di Gianyar, Senin, melaporkan kegiatan bertema "Singa Barong IV", yang merupakan rangkaian dari agenda HUT ke-40 Sekaa Teruna Teruni (STT) Taruna Yasa, Banjar Sengguan, itu, dibuka Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata, Minggu malam.

Usia para peserta, antara lain, dari Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Klungkung, Tabanan, dan tuan rumah Gianyar dibatasi antara 15-25 tahun.

Peserta pada tahap seleksi memperebutkan 20 tiket terbaik di masing-masing kategori untuk maju ke tahap grand final.

Ketua panitia lomba, Kadek Novan Prasetya melaporkan, lomba Bapang Barong Ketet dan "mekendang" untuk meningkatkan apresiasi masyarakat Bali terutama generasi muda di bidang seni khususnya seni bebarongan.

Melalui perlombaan tersebut pihaknya berharap kualitas tari Barong Ketet dapat meningkat tanpa meninggalkan pakem-pakem bebarongan yang telah diwarisi selama ini.

Selain itu, melalui kompetisi yang sehat, pihaknya berharap dapat membangun spirit taksu seni dalam lingkup Hindu.

"Kami berharap lomba ini menjadi ajang penghargaan dan pembinaan terhadap seniman tari barong ketet, terutama seniman-seniman muda," ujar Novan.

Bupati Agung Bharata pada kesempatan itu terpukau menyaksikan penampilan tari barong pembuka oleh penari barong I Made Mahardika sebagai bintang tamu.

Bupati Agung Bharata yang menaruh perhatian besar terhadap upaya pelestarian seni budaya, tak berhenti berdecak kagum.

"Saya sangat bangga kepada sekaa teruna teruni di sini, pada masyarakat Singapadu, karena pelaksanaan lomba ini menunjukkan kecintaan generasi muda pada kesenian, saya titip pada seniman dan generasi muda agar mempertahankan Gianyar sebagai bumi seni," ujar Bupati Agung Bharata.

Ia mengingatkan masyarakat Bali tidak perlu khawatir tentang kelestarian seni dan budaya karena hal itu tidak bisa dipisahkan dari aktivitas Agama Hindu.

Dengan demikian selama aktivitas agama berjalan, kegiatan seni dan budaya tetap ada. Hanya saja yang perlu dikhawatirkan adalah kualitasnya.

Oleh sebab itu, festival semacam ini harus terus dilakukan, tidak peduli dalam kurun waktu berapa tahun, yang pasti kualitasnya harus ditingkatkan, ujar Bupati Agung Bharata.

Pada tahap grand final, peserta dituntut menampilkan pementasan yang meliputi "pepeson" dengan iringan "gegilak baris", condong, gowak macok, playon singapadu, dengan durasi 18 menit.

Tim juri terdiri atas Prof I Wayan Dibia, Tjokorda Raka Tisnu, I Ketut Kodi, I Made Sue, dan I Wayan Darya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017