Negara (Antara Bali) - Kabupaten Jembrana membutuhkan dokter spesialis jiwa, untuk menangani 330 warganya yang menderita gangguan jiwa berat maupun ringan.
"Dulu memang ada kunjungan rutin dokter jiwa dari RSJ Bangli, tapi karena aturan BPJS biaya pengobatan di luar rumah sakit bersangkutan tidak ditanggung, saat ini kunjungan tersebut tidak ada," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta MKes, di Negara, Kamis.
Ia mengatakan, dari pendataan yang pihaknya lakukan, saat ini ada 300 warga yang menderita gangguan jiwa dengan 285 orang diantaranya masuk kategori berat.
Untuk mengatasi ketiadaan dokter jiwa ini, menurutnya, sudah dilakukan upaya dengan menempatkan dua petugas konselor di masing-masing Puskesmas serta obat untuk penderita gangguan jiwa.
"Kami masih menunggu dokter spesialis jiwa yang sudah terikat sekolah dengan Pemkab Jembrana. Kalau dokter itu sudah datang, penanganan pasien dengan gangguan jiwa akan lebih baik," katanya.
Ketiadaan dokter jiwa di Jembrana ini, menurutnya, sudah berlangsung sejak tahun 2014, sehingga bagi pasien yang tidak mampu ke RSJ di Kabupaten Bangli, diupayakan rawat jalan dengan pendampingan konselor.
Wisnu, salah seorang warga yang membutuhkan dokter jiwa mengatakan, dulu setiap bulan ada kunjungan dokter di Puskesmas Kecamatan Mendoyo tempatnya berdomisili.
Setelah tidak ada kunjungan, menurutnya, setiap membutuhkan dokter jiwa warga harus berangkat ke Kabupaten Bangli yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Jembrana.
Jauhnya jarak ke RSJ ini membuat banyak warga memilih merawat keluarganya yang menderita gangguan jiwa di rumah dengan resiko penanganan tidak maksimal, sehingga mereka berharap pemerintah mengatasi hal tersebut.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dulu memang ada kunjungan rutin dokter jiwa dari RSJ Bangli, tapi karena aturan BPJS biaya pengobatan di luar rumah sakit bersangkutan tidak ditanggung, saat ini kunjungan tersebut tidak ada," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta MKes, di Negara, Kamis.
Ia mengatakan, dari pendataan yang pihaknya lakukan, saat ini ada 300 warga yang menderita gangguan jiwa dengan 285 orang diantaranya masuk kategori berat.
Untuk mengatasi ketiadaan dokter jiwa ini, menurutnya, sudah dilakukan upaya dengan menempatkan dua petugas konselor di masing-masing Puskesmas serta obat untuk penderita gangguan jiwa.
"Kami masih menunggu dokter spesialis jiwa yang sudah terikat sekolah dengan Pemkab Jembrana. Kalau dokter itu sudah datang, penanganan pasien dengan gangguan jiwa akan lebih baik," katanya.
Ketiadaan dokter jiwa di Jembrana ini, menurutnya, sudah berlangsung sejak tahun 2014, sehingga bagi pasien yang tidak mampu ke RSJ di Kabupaten Bangli, diupayakan rawat jalan dengan pendampingan konselor.
Wisnu, salah seorang warga yang membutuhkan dokter jiwa mengatakan, dulu setiap bulan ada kunjungan dokter di Puskesmas Kecamatan Mendoyo tempatnya berdomisili.
Setelah tidak ada kunjungan, menurutnya, setiap membutuhkan dokter jiwa warga harus berangkat ke Kabupaten Bangli yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Jembrana.
Jauhnya jarak ke RSJ ini membuat banyak warga memilih merawat keluarganya yang menderita gangguan jiwa di rumah dengan resiko penanganan tidak maksimal, sehingga mereka berharap pemerintah mengatasi hal tersebut.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017