Kuta (Antara Bali) - Donny Achiruddin, salah seorang pakar energi kelautan Indonesia mengatakan, 70 persen dari garis pantai di Tanah Air berpotensi dikembangkannya teknologi pengolahan perbedaan suhu laut menjadi energi listrik atau "OTEC".

"Hampir di sepanjang pantai di Tanah Air dapat dikembangkan teknologi OTEC," katanya di sela acara International Congress on Ocean Energy and Deep Ocean Water Application (DOWA) di Kuta, Bali, Kamis.

Dia mengatakan, namun ada juga yang tidak bisa dikembangkan, yakni di sekitar Laut Jawa, Selat Malaka, dan kawasan pantai Pontianak.

"Dari 70 persen garis pantai itu dengan pemanfaatan teknologi itu, berpotensi menghasilkan 222 giga watt," ujarnya.

Melihat potensi yang besar itu, membuat pihak Jepang tertarik untuk membangun pembangkit listrik menggunakan OTEC.

Hal itu, karena di negara Matahari Terbit tersebut, kawasan pantainya hanya sedikit yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan pembangkit listrik dengan OTEC tersebut.

Ketua Tim Studi Kelayakan OTEC di Indonesia itu menjelaskan, banyak keuntungan memanfaatkan OTEC, salah satunya adalah litium.

Litium itu berasal dari air buangan hasil pengolahan air laut. Litium itu merupakan bahan dasar batere mobil di Jepang.

Beberapa tahun lagi, di negera itu kendaraan roda empat tidak lagi menggunakan bahan bakar namun memakai batere dari bahan dasar litium.

Hal itu bisa membuat Indonesia menjadi pemasok litium terbesar ke Jepang, jika OTEC dimanfaatkan secara maksimal.

Sementara Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Unggul Priyanto, mengatakan, OTEC bukan prioritas pemerintah dalam pemanfaatan energi diperbarui.

"Pemanfaatan panas bumi merupakan prioritas pertama pengembangan energi baru di Indonesia untuk saat ini, karena potensinya besar," katanya.

Dia menjelaskan, potensi panas bumi di Tanah Air kami perkirakan mencapai 26.000 mega watt namun baru 1.200 mega watt yang dimanfaatkan dengan baik, sehingga masih banyak kandungan panas bumi yang belum terolah dengan baik. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011