Denpasar (Antara Bali)- Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan umat Hindu di daerah itu tidak melaksanakan ritual keagamaan di luar kemampuan agar agama tidak terkesan membuat ruwet.

"Agama harus berguna untuk hidup, bukan menyusahkan, jangan agama membuat bentrok atau konflik. Kita harus membuat agama lebih indah, damai dan atraktif," kata Pastika saat menerima panitia ritual Atma Wedana dan Metatah massal, di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, jika agama dibuat ruwet, maka akan ditinggalkan oleh pemeluknya. Itulah sebabnya, ia mendukung kegiatan Atma Wedana (rangkaian upacara kematian) dan metatah (potong gigi) massal sebagai alternatif umat untuk menyelesaikan kewajibannya.

Pastika berpandangan dengan penyelenggaraan Atma Wedana dan Metatah massal yang akan diselenggarakan oleh "Soroh" atau klan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) akan merupakan alternatif yang melegakan di tengah persoalan adat yang membuat sebagian masyarakat merasa berat beragama Hindu di Bali.

Secara khusus, dia meminta agar masyarakat Bali berhenti mempermasalahkan "kulit" dalam hal ini upakara (sesajen), karena masih ada "susila" (etika) dan "tattwa" (filsafat) yang menjadi inti ajaran agama Hindu.

Sementara itu, Ida Bhawati Putu Mas Sujana selaku penasihat acara menyampaikan kegiatan Metatah massal akan diikuti sebanyak 280 orang dari lintas soroh dengan sistem subsidi silang dan dipuput (dipimpin) oleh 15 sulinggih (pendeta Hindu).

Panitia dalam kesempatan itu menyampaikan undangan kepada Gubernur Bali untuk menghadiri puncak Metatah massal di Sekretariat Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi MGPSSR di Jalan Cekomaria, Denpasar pada 20 Juni 2017.

Selain itu, Gubernur Bali juga menerima salinan album rohani baru berjudul "Mahamantram Dewa Puja" karya Ida Bhujangga Rsi Lokanatha dari Gria Agung Giri Kusuma Renon, Denpasar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017