Singaraja (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menghadiri ritual "metatah" atau potong gigi massal dan juga didaulat menjadi "sangging" pada upacara yang diselenggarakan warga Desa Unggahan, Kabupaten Buleleng.
"Dengan pelaksanaan upacara secara massal, maka warga yang mampu bisa membantu yang kurang mampu, dengan demikian akan tumbuh rasa kebersamaan antarwarga," kata Sudikerta di sela-sela ritual tersebut di Singaraja, Buleleng, Minggu.
Di depan warga "dadia" atau kelompok keluarga Kerta Jaya, Desa Unggahan itu, Sudikerta menyampaikan apresiasi atas rasa kebersamaan serta semangat gotong-royong masyarakat yang dilakukan dalam wujud pelaksanaan metatah secara massal.
"Meskipun upacara dilakukan secara sederhana, namun tidak akan mengurangi makna dari upacara itu sendiri asal sarana dalam sesajen tersebut lengkap sesuai termuat dalam sastra agama," ujar Sudikerta yang juga mendapat kesempatan menjadi sangging atau petugas pemotong gigi dalam ritual tersebut.
Di sisi lain, orang nomor dua di Bali itu juga menjelaskan makna upacara metatah yang bertujuan untuk mengendalikan enam sifat buruk manusia yang menurut ajaran Hindu dikenal dengan istilah Sad Ripu.
"Upacara ini merupakan salah satu upacara manusa yadnya yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali yang baru menginjak usia remaja," ucapnya.
Warga dan panitia pun kembali diingatkan agar dalam melaksanakan ritual hendaknya dilakukan dengan tulus ikhlas dan tidak berlebihan apalagi sampai membebani "krama" atau warga.
Sementara itu, Kelian Adat Semega Kadek Arsika mengatakan pelaksanaan upacara yang baru pertama kali digelar secara massal tersebut diikuti 33 orang yang berasal dari empat banjar di seputaran Desa Unggahan yakni Banjar Semega, Banjar Bale Agung, Banjar Celagi dan Banjar Lebah Sari.
Terkait pembiayaan, masing-masing peserta dikenakan biaya Rp2 juta. Ia pun berharap upacara yang digelar secara massal tersebut dapat meringankan beban warga. (WDY)