Mangupura (Antara Bali) - Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kabupaten Badung, Bali, memantau para pedagang makanan olahan berskala rumah tangga dan industri yang dengan sengaja mencampurkan zat berbahaya seperti boraks.
"Upaya ini akan gencar kami lakukan, karena sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat," kata Kepala Diskop,UKM dan Perdagangan Badung, Ketut Karpiana di Mangupura, Rabu.
Pihaknya secara tegas akan memberikan peringatan kepada penjual makanan olahan yang kedapatan mencampur makanan yang dibuat dengan zat berbahaya itu.
"Pada Selasa (13/6) lalu, Kami bersama BBPOM Denpasar berhasil menemukan satu bahan pangan (krupuk beras) yang mengandung zat berbahaya seperti boraks. Selanjutnya, kami akan menelusuri asal produksi bahan makanan ini," katanya.
Selain melakukan pemantauan makanan, pihaknya juga sudah melakukan pemantauan bingkisan parsel menjelang Hari Suci Ramdhan.
"Dari hasil pemantauan tim kami, sampai saat ini belum ada ditemukan bingkisan parsel yang kadaluarsa dan mengandung bahan berbahaya. Mudah-mudahan tidak ada, karena kami terus melakukan pengawasan," ujarnya.
Dengan melakukan pencegahan ini, maka konsumen tidak dirugikan dan mengimbau kepada pembeli untuk lebih jeli memilih makanan untuk dikonsumsinya.
Dalam upaya pemantauan ini, pihaknya mendorong ambulans siaga yang ada dimasing-masing desa segera dilengkapi dengan alat pemeriksa makanan.
"Apabila ini dioptimalkan, saya yakin pengawasan terhadap makanan yang diduga berbahaya dapat lebih optimal," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Upaya ini akan gencar kami lakukan, karena sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat," kata Kepala Diskop,UKM dan Perdagangan Badung, Ketut Karpiana di Mangupura, Rabu.
Pihaknya secara tegas akan memberikan peringatan kepada penjual makanan olahan yang kedapatan mencampur makanan yang dibuat dengan zat berbahaya itu.
"Pada Selasa (13/6) lalu, Kami bersama BBPOM Denpasar berhasil menemukan satu bahan pangan (krupuk beras) yang mengandung zat berbahaya seperti boraks. Selanjutnya, kami akan menelusuri asal produksi bahan makanan ini," katanya.
Selain melakukan pemantauan makanan, pihaknya juga sudah melakukan pemantauan bingkisan parsel menjelang Hari Suci Ramdhan.
"Dari hasil pemantauan tim kami, sampai saat ini belum ada ditemukan bingkisan parsel yang kadaluarsa dan mengandung bahan berbahaya. Mudah-mudahan tidak ada, karena kami terus melakukan pengawasan," ujarnya.
Dengan melakukan pencegahan ini, maka konsumen tidak dirugikan dan mengimbau kepada pembeli untuk lebih jeli memilih makanan untuk dikonsumsinya.
Dalam upaya pemantauan ini, pihaknya mendorong ambulans siaga yang ada dimasing-masing desa segera dilengkapi dengan alat pemeriksa makanan.
"Apabila ini dioptimalkan, saya yakin pengawasan terhadap makanan yang diduga berbahaya dapat lebih optimal," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017