Denpasar (Antara Bali) - Kegiatan produksi sepatu merek Andre Valentino yang diminati pasar Asia Pasifik dan alas kaki bermutu buatan tangan lainnya hingga kini masih terhambat ketersediaan kulit lokal dengan kualitas bagus.
"Sebenarnya ketersediaan kulit di Indonesia cukup banyak, namun proses pengolahan menjadi barang siap pakai itu boleh dikatakan kalah dibandingkan produk dari negara lain yang proses kimianya sangat proper," kata Direktur Utama PT Sepatu Cemerlang Kresi Cipto Lays dalam penjelasan disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Sabtu.
Ia menyampaikan hal itu terkait rangkaian Hari Sepatu yang dicanangkan Kementerian Perdagangan RI, Maret lalu, disusul kunjungan ibu-ibu SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) ke pabrik sepatu nasional Andre Valentino di Tangerang, Banten, Kamis (28/4).
Menurut pemilik merek Andre Valentino itu, akibat kendala agak sulit mendapatkan kulit lokal dengan kualitas bagus, pihaknya maupun produsen sepatu buatan tangan (hand made) lainnya, umumnya masih perlu mengimpor dari negara lain.
"Tetapi hambatan itu untuk saat ini bagi kami sekaligus merupakan kelebihan. Pembuatan sepatu 'hand-made' tidak bisa diproduksi secara massal, melainkan ditangani satu-persatu secara detail oleh tenaga terampil yang jumlahnya juga masih terbatas," ucapnya.
Dijelaskan bahwa penambahan tenaga terampil perlu waktu lama, karena memerlukan serangkaian proses pelatihan produksi hingga perajin mampu menghasilkan sepatu bermutu dan menarik.
"Seperti Andre Valentino yang mengharumkan nama Indonesia di industri persepatuan Asia Pasifik sejak awal 1990, produksinya terbatas walaupun permintaan sejumlah negara cukup tinggi. Seiring bertambah banyaknya tenaga terampil, mudah-mudahan ketersediaan kulit kualitas juga semakin banyak," kata Cipto Lays.
Kunjungan ibu-ibu SIKIB ke pabrik Andre Valentino di Tangerang itu, dimaksudkan sebagai studi banding mengenai pembuatan sepatu buatan Indonesia yang terkadang masih diremehkan oleh sebagian orang.
Kedatangan ibu-ibu SIKIB tersebut disambut oleh Cipto Lays dan Aulia Singgih selaku pemilik merek Andre Valentino yang sudah berkibar di mancanegara lebih dari 17 tahun. Selain itu Taguchi selaku konsultan produk dan Marga Singgih, General Manager Andre Valentino Indonesia.
Ibu-ibu yang dengan teliti memperhatikan proses pembuatan sepatu tersebut di antaranya istri Menteri Luar Negeri, Menpera, Menbudpar, Menteri Keuangan, Menristek, istri Wakil Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Perindustrian dan Ny Hasan Wirayuda.
"Orang Indonesia sungguh-sungguh 'gifted' dengan 'craftmanship' yang tiada taranya di dunia," komentar Ny Marthy Natalegawa setelah melihat-lihat proses produksi di pabrik tersebut.
Sementara Ny Jero Wacik dan Ny Ina Suharso Manoarfa menyatakan kekagumannya pada sepatu Andre Valentino yang proses produksinya 90 persen secara "hand made".
Menurut Marga Singgih, bahan dasar sepatunya 100 persen menggunakan kulit sapi muda, kulit kambing, biawak dan kulit ular berkualitas yang sebagian masih harus diimpor.
Produksi sepatu menggunakan kulit berkualitas tersebut dikenal awet dan nyaman dipakai. Kemudian dipadu dengan desain yang memperhatikan struktur kaki orang Asia. "Hal itu menjadi salah satu nilai yang tidak bisa ditolak oleh para penggemar sepatu kami di Asia," ujar Marga Singgih.
Area penjualan sepatu tersebut sejak lama merambah Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Jepang, Korea, Kepulauan Mauritius, Philipina dan Hongkong.
Setelah dikenal di berbagai negara itu, baru dipasarkan di dalam negeri dan Andre Valentino kini memiliki lebih dari 80 gerai di konter-konter mal kelas A atau di butik-butik, seperti di pusat perbelanjaan Centro di Kuta.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Sebenarnya ketersediaan kulit di Indonesia cukup banyak, namun proses pengolahan menjadi barang siap pakai itu boleh dikatakan kalah dibandingkan produk dari negara lain yang proses kimianya sangat proper," kata Direktur Utama PT Sepatu Cemerlang Kresi Cipto Lays dalam penjelasan disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Sabtu.
Ia menyampaikan hal itu terkait rangkaian Hari Sepatu yang dicanangkan Kementerian Perdagangan RI, Maret lalu, disusul kunjungan ibu-ibu SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) ke pabrik sepatu nasional Andre Valentino di Tangerang, Banten, Kamis (28/4).
Menurut pemilik merek Andre Valentino itu, akibat kendala agak sulit mendapatkan kulit lokal dengan kualitas bagus, pihaknya maupun produsen sepatu buatan tangan (hand made) lainnya, umumnya masih perlu mengimpor dari negara lain.
"Tetapi hambatan itu untuk saat ini bagi kami sekaligus merupakan kelebihan. Pembuatan sepatu 'hand-made' tidak bisa diproduksi secara massal, melainkan ditangani satu-persatu secara detail oleh tenaga terampil yang jumlahnya juga masih terbatas," ucapnya.
Dijelaskan bahwa penambahan tenaga terampil perlu waktu lama, karena memerlukan serangkaian proses pelatihan produksi hingga perajin mampu menghasilkan sepatu bermutu dan menarik.
"Seperti Andre Valentino yang mengharumkan nama Indonesia di industri persepatuan Asia Pasifik sejak awal 1990, produksinya terbatas walaupun permintaan sejumlah negara cukup tinggi. Seiring bertambah banyaknya tenaga terampil, mudah-mudahan ketersediaan kulit kualitas juga semakin banyak," kata Cipto Lays.
Kunjungan ibu-ibu SIKIB ke pabrik Andre Valentino di Tangerang itu, dimaksudkan sebagai studi banding mengenai pembuatan sepatu buatan Indonesia yang terkadang masih diremehkan oleh sebagian orang.
Kedatangan ibu-ibu SIKIB tersebut disambut oleh Cipto Lays dan Aulia Singgih selaku pemilik merek Andre Valentino yang sudah berkibar di mancanegara lebih dari 17 tahun. Selain itu Taguchi selaku konsultan produk dan Marga Singgih, General Manager Andre Valentino Indonesia.
Ibu-ibu yang dengan teliti memperhatikan proses pembuatan sepatu tersebut di antaranya istri Menteri Luar Negeri, Menpera, Menbudpar, Menteri Keuangan, Menristek, istri Wakil Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Perindustrian dan Ny Hasan Wirayuda.
"Orang Indonesia sungguh-sungguh 'gifted' dengan 'craftmanship' yang tiada taranya di dunia," komentar Ny Marthy Natalegawa setelah melihat-lihat proses produksi di pabrik tersebut.
Sementara Ny Jero Wacik dan Ny Ina Suharso Manoarfa menyatakan kekagumannya pada sepatu Andre Valentino yang proses produksinya 90 persen secara "hand made".
Menurut Marga Singgih, bahan dasar sepatunya 100 persen menggunakan kulit sapi muda, kulit kambing, biawak dan kulit ular berkualitas yang sebagian masih harus diimpor.
Produksi sepatu menggunakan kulit berkualitas tersebut dikenal awet dan nyaman dipakai. Kemudian dipadu dengan desain yang memperhatikan struktur kaki orang Asia. "Hal itu menjadi salah satu nilai yang tidak bisa ditolak oleh para penggemar sepatu kami di Asia," ujar Marga Singgih.
Area penjualan sepatu tersebut sejak lama merambah Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Jepang, Korea, Kepulauan Mauritius, Philipina dan Hongkong.
Setelah dikenal di berbagai negara itu, baru dipasarkan di dalam negeri dan Andre Valentino kini memiliki lebih dari 80 gerai di konter-konter mal kelas A atau di butik-butik, seperti di pusat perbelanjaan Centro di Kuta.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011