Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar program "Dendang Kencana" untuk anak-anak dan guru, khususnya lewat lagu pada 15-16 Mei 2017.

"Kegiatan yang telah 21 tahun tidak terdengar itu sebelumnya dilaksanakan di tiga kota yakni Jakarta, Solo, dan Yogyakarta," tahun," kata Penata Acara tersebut Juwitta K. Lasut di Denpasar, Minggu.

Kegiatan tersebut diawali dengan Workshop Cipta Lagu Anak dengan pembicara komposer, musisi dan produser musik Indonesia yang bereputasi internasional, Dian HP, Caecilia Hardiarini yang juga Dosen Jurusan Seni Musik Universitas Negeri Jakarta.

Workshop cipta lagu anak tersebut diperuntukan guru, tenaga pendidik tingkat taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas (SMP)/(SMA).

Peserta dibekali dengan teknik dasar musik, syair, komposisi musik serta diajak untuk mencoba langsung menciptakan lagu anak.

Selain workshop cipta lagu, program Dendang Kencana akan dilanjutkan dengan lomba cipta lagu, workshop musik dan vokal, yang berujung pada lomba paduan suara anak.

Lomba cipta lagu akan berlangsung sepanjang bulan Juni-Juli 2017. Lagu-lagu hasil dari lomba ini akan digunakan sebagai materi lomba paduan suara anak-anak tingkat TK dan SD di akhir tahun 2017.

Lahirnya program Dendang Kencana berangkat dari keprihatinan atas minimnya lagu-lagu anak saat ini.

Kondisi itu yang sungguh berbeda dengan masa tahun 1970-an hingga 1990-an, kala banyak pencipta lagu anak yang terus berkarya hingga akhir hayat mereka, seperti Pak Daljono, Pak & Bu Kasur, Ibu Soed, dan Pak AT Mahmud.

Tema lagu anak yang mereka cipta itu berasal dari kehidupan di sekitar seperti kebiasaan sehari-hari anak-anak, keindahan alam, orang tua serta rasa syukur pada Tuhan.

Kini, anak-anak tidak mendapatkan haknya menikmati keceriaan masa kanak, karena televisi tidak lagi menjadi sumber hiburan utama mereka. Televisi dan radio makin jarang menayangkan acara khusus anak-anak, apalagi siaran lagu anak-anak.

Di sisi lain, acara-acara lomba vokal untuk anak-anak pun lebih banyak menonjolkan sisi kehidupan di balik kemampuan mereka bernyanyi.

Kondisi seperti ini juga terjadi di sekolah-sekolah dengan berkurangnya muatan pelajaran seni musik dan vokal dari kurikulum. Anak-anak lebih difokuskan kepada pendidikan eksakta yang jauh dari berolah vokal dan musik.

Hal itu belum termasuk keterbatasan jumlah guru seni musik dan vokal yang memang mengerti betul bidang tersebut dan mempunyai layar belakang yang sesuai. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017