Washington, Amerika Serikat (Antara Bali) - Pemanasan global telah
menyebabkan es mencair lebih cepat dari normal di Antartika, tapi studi
yang dipublikasikan Selasa (2/5) menunjukkan tingkat penyusutannya di
beberapa area mungkin lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Para peneliti di Inggris membuat kesimpulan itu setelah memetakan perubahan kecepatan penyusutan es menggunakan data dari lima satelit berbeda menurut laporan di Geophysical Research Letters, sebuah jurnal ilmiah Amerika Serikat (AS).
Setelah meneliti perubahan di lebih dari 30 gletser sejak 1992 di Western Palmer Land --sudut barat daya Semenanjung Antartika-- mereka menemukan peningkatan penyusutan es.
"Antara 1992 hingga 2016, aliran sebagian besar gletser di daerah itu meningkat antara 20 hingga 30 sentimeter per hari, setara dengan kecepatan rata-rata 13 persen di seluruh gletser di Western Palmer Land," menurut laporan itu, yang dikutip oleh kantor berita AFP.
Namun perubahan tersebut hanya sepertiga dari 45 kilometer kubik penyusutan es per tahun dari sektor yang baru-baru ini juga diteliti oleh tim lain di University of Bristol.
"Meski Western Palmer Land memiliki banyak es -- cukup untuk meningkatkan permukaan laut global hingga 20 sentimeter -- gletsernya tidak berkontribusi besar terhadap kenaikan permukaan air laut, karena kecepatannya hampir tidak berubah dalam 25 tahun terakhir," kata salah satu penulis hasil studi, Andrew Shepherd, seorang profesor di University of Leeds School of Earth and Environment.
Kecepatan terbesar dalam aliran dan penyusutan es terlihat di gletser yang berada di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah permukaan laut, tempat air hangat dan asin dapat mencairkan es di dasar laut.
Para peneliti mengatakan bahwa, meski tingkat penyusutannya lebih lambat di beberapa area, secara keseluruhan penyusutan es di benua itu lebih cepat dari sebelumnya karena perubahan iklim.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Para peneliti di Inggris membuat kesimpulan itu setelah memetakan perubahan kecepatan penyusutan es menggunakan data dari lima satelit berbeda menurut laporan di Geophysical Research Letters, sebuah jurnal ilmiah Amerika Serikat (AS).
Setelah meneliti perubahan di lebih dari 30 gletser sejak 1992 di Western Palmer Land --sudut barat daya Semenanjung Antartika-- mereka menemukan peningkatan penyusutan es.
"Antara 1992 hingga 2016, aliran sebagian besar gletser di daerah itu meningkat antara 20 hingga 30 sentimeter per hari, setara dengan kecepatan rata-rata 13 persen di seluruh gletser di Western Palmer Land," menurut laporan itu, yang dikutip oleh kantor berita AFP.
Namun perubahan tersebut hanya sepertiga dari 45 kilometer kubik penyusutan es per tahun dari sektor yang baru-baru ini juga diteliti oleh tim lain di University of Bristol.
"Meski Western Palmer Land memiliki banyak es -- cukup untuk meningkatkan permukaan laut global hingga 20 sentimeter -- gletsernya tidak berkontribusi besar terhadap kenaikan permukaan air laut, karena kecepatannya hampir tidak berubah dalam 25 tahun terakhir," kata salah satu penulis hasil studi, Andrew Shepherd, seorang profesor di University of Leeds School of Earth and Environment.
Kecepatan terbesar dalam aliran dan penyusutan es terlihat di gletser yang berada di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah permukaan laut, tempat air hangat dan asin dapat mencairkan es di dasar laut.
Para peneliti mengatakan bahwa, meski tingkat penyusutannya lebih lambat di beberapa area, secara keseluruhan penyusutan es di benua itu lebih cepat dari sebelumnya karena perubahan iklim.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017