Denpasar (Antara Bali) - Kegiatan ritual berskala besar "Ida Betara Turun Kabeh" di Besakih, pura terbesar di Bali, akan digelar selama tiga minggu atau hingga 3 Mei 2017 dengan harapan umat tidak membeludak melakukan persembahyangan pada awal kegiatan ritual tersebut.

"Untuk itu umat Hindu diharapkan dapat mengatur diri sedemikian rupa sehingga tidak terjadi antrean pajang di tempat suci tersebut," kata salah seorang anggota panitia kegiatan tersebut, Jero Mangku Suyasa, di Denpasar, Rabu.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika didampingi Nyonya Ayu Pastika, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, serta sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan umat melakukan persembahyangan pada puncak kegiatan ritual tersebut bertepatan dengan hari purnama kedasa, Selasa (11/4).

Pelaksanaan Puncak Karya "Ida Betara Turun Kabeh" dipercaya oleh umat Hindu sebagai hari baik melaksanakan upacara "yadnya" (pengorbanan suci). Ritual itu, diharapkan menjadi momentum bagi seluruh umat Hindu untuk "mulat sarira" agar ke depannya bisa lebih baik dalam menjalankan kewajiban masing-masing.

Selain itu untuk memohon penyucian bagi alam beserta isinya, ritual itu juga sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang dikaruniakan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

"Semoga seluruh umat sejahtera, jagat Bali `trepti`, itu makna yang kita harapkan dari rangkaian kegiatan ritual yang dilaksanakan selama tiga pekan," ujar Gubernur Pastika.

Setelah kegiatan ritual berskala besar itu, diharapkan umat Hindu diberkati dan beroleh ketenangan hati serta pikiran sehingga ke depannya bisa lebih baik dalam melaksanakan "swadarma" (kewajiban) masing-masing.

Ia mengharapkan umat Hindu untuk dapat mengatur diri sedemikian rupa agar dapat melaksanakan persembahyangan ke Pura Besakih terkait dengan kegiatan ritual berskala besar tersebut.

Pemangku Pura Besakih, Jero Mangku Suyasa, mengatakan karya "Ida Betara Turun Kabeh" berlangsung selama tiga pekan, 11 April hingga 3 Mei 2017.

Kegiatan ritual tersebut dilaksanakan di Pura Agung Besakih, Karangasem diawali dengan menghaturkan "sesaji" kepada Ida Betara yang beristana di padma tiga agar diberikan anugerah kedamaian dan keselamatan.

Prosesi tersebut diiringi berbagi tarian, seperti Rejang, Baris, Wayang Lemah, Bebondresan, serta ditutup dengan Topeng Sidakarya.

Prosesi puncak karya dipimpin oleh sembilan sulinggih (pendeta), di antaranya Ida Pedanda Putra Ngenjung dari Gria Selat Duda Karangasem, Ida Pedanda Djelantik Nuaja dari Gria Buda Keling Karangasem, Ida Sri Begawan Napta Nawa Wagsa Pemayun dari Gria Kedatuan Kawista Blatungan Pupuan Tabanan, Ida Pandita Satya Darma Tenaya, Pandita Dukuh, Nabe Putra Pangkung, Ida Sri Empu Semara Pura dari Gria Taman Sari Tegak, Ida Pedanda Gede Pura Abah, dan Ida Pedanda Putra Ketut Kawan.

Besakih merupakan tempat suci umat Hindu terbesar di Pulau Dewata, menyimpan ketenangan dan kedamaian yang senantiasa menjadi pusat perhatian umat saat berlangsungnya kegiatan ritual berskala besar.

Pura Agung Besakih berlokasi di lereng kaki Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut, secara administratif masuk wilayah Kabupaten Karangasem, sekitar 85 km timur laut Denpasar.

Kawasan suci di ujung Timur Bali itu, terdiri atas 16 kompleks pura yang menjadi satu kesatuan atau tak terpisahkan satu sama lain, memiliki arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu, yang dianut sebagian besar masyarakat Pulau Dewata. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017