Denpasar (Antara Bali) - Pemerhati masalah Penyiaran Nengah Muliarta mengatakan salah satu alasan masyarakat mendengarkan radio untuk mendapatkan hiburan atau menikmati lagu-lagu yang disiarkan.
"Dengan mendengarkan lagu-lagu favorit menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi pendengar radio. Hingga tidak jarang untuk menarik minat pendengar, stasiun radio menyiarkan lagu-lagu pilihan," kata Nengah Muliarta yang juga Instruktur Bali Broadcast Academia (BBA) di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, oleh sebab itu siaran radio hampir 80 persen didominasi dengan siaran lagu-lagu yang disenangi masyarakat pendengar.
Persepsi yang muncul di pengelola radio juga menempatkan lagu-lagu sebagai satu-satunya hiburan dalam siaran radio. Pada akhirnya isi siaran radio didominasi oleh siaran lagu dan akhirnya radio tidak ada bedanya dengan sebuah *audio Player*.
Nengah Muliarta menambahkan, pada sisi lain ada pandangan pesimis bahwa radio mulai ditinggalkan pendengarnya di tengah pesatnya perkembangan TV dan media online.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan isi siaran radio yang hanya memutar lagu saja. Bahkan terdapat radio yang siarannya *full music* tanpa penyiar.
"Pandangan pesimis tersebut didasarkan pada kebiasaan yang menempatkan radio sebagai teman nyetir mobil supaya tidak bosan atau ngantuk. Termasuk memposisikan radio sebagai teman bekerja atau menjelang tidur," katanya.
Namun pada sisi lain, terdapat pandangan positif yang menyatakan industri radio kembali bangkit di tengah era digitalisasi. Pandangan positif itu didasarkan pada fakta bahwa radio lebih banyak diakses melalui *mobile phone*. Pendengar radio melalui *mobile phone* justru didominasi oleh generasi muda.
Fungsi media radio, salah satunya adalah sebagai media hiburan. Namun sayang batasan hiburan diterjemahkan sebatas menyiarkan lagu-lagu favorit. Padahal fungsi media hiburan yang diharapkan pada radio adalah hiburan yang mendidik dan memberikan nilai pengetahuan kepada pendengarnya.
Program musik pada dasarnya hanya salah satu jenis program hiburan, selain program drama, humor, sandiwara radio, cerita tokoh, cerita dokumenter, hingga berita kisah, ujar Nengah Muliarta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Dengan mendengarkan lagu-lagu favorit menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi pendengar radio. Hingga tidak jarang untuk menarik minat pendengar, stasiun radio menyiarkan lagu-lagu pilihan," kata Nengah Muliarta yang juga Instruktur Bali Broadcast Academia (BBA) di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, oleh sebab itu siaran radio hampir 80 persen didominasi dengan siaran lagu-lagu yang disenangi masyarakat pendengar.
Persepsi yang muncul di pengelola radio juga menempatkan lagu-lagu sebagai satu-satunya hiburan dalam siaran radio. Pada akhirnya isi siaran radio didominasi oleh siaran lagu dan akhirnya radio tidak ada bedanya dengan sebuah *audio Player*.
Nengah Muliarta menambahkan, pada sisi lain ada pandangan pesimis bahwa radio mulai ditinggalkan pendengarnya di tengah pesatnya perkembangan TV dan media online.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan isi siaran radio yang hanya memutar lagu saja. Bahkan terdapat radio yang siarannya *full music* tanpa penyiar.
"Pandangan pesimis tersebut didasarkan pada kebiasaan yang menempatkan radio sebagai teman nyetir mobil supaya tidak bosan atau ngantuk. Termasuk memposisikan radio sebagai teman bekerja atau menjelang tidur," katanya.
Namun pada sisi lain, terdapat pandangan positif yang menyatakan industri radio kembali bangkit di tengah era digitalisasi. Pandangan positif itu didasarkan pada fakta bahwa radio lebih banyak diakses melalui *mobile phone*. Pendengar radio melalui *mobile phone* justru didominasi oleh generasi muda.
Fungsi media radio, salah satunya adalah sebagai media hiburan. Namun sayang batasan hiburan diterjemahkan sebatas menyiarkan lagu-lagu favorit. Padahal fungsi media hiburan yang diharapkan pada radio adalah hiburan yang mendidik dan memberikan nilai pengetahuan kepada pendengarnya.
Program musik pada dasarnya hanya salah satu jenis program hiburan, selain program drama, humor, sandiwara radio, cerita tokoh, cerita dokumenter, hingga berita kisah, ujar Nengah Muliarta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017