Denpasar (Antara Bali) - Pengurus DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali melalui pengurus desa untuk memberikan sosialisasi pencegahan kepada warga masyarakat dan peternak babi, terkait merebaknya bakteri Meningitis Streptococcuns Suis (MSS) di Pulau Dewata belakangan ini.
"Tujuannya menyosialisasikan untuk tidak takut mengkonsumsi daging babi. Melibatkan kader tersebut sangat mendesak dilakukan untuk menghapus ketakutan masyarakat di tengah merebaknya isu daging babi yang terjangkit bakteri MSS," kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Nyoman Parta di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan para kader partai akan dikerahkan untuk memberikan edukasi tentang bagaimana membeli bibit babi yang sehat, mengenali ciri-ciri babi yang sakit, kebersihan kandang, cara memelihara, penyediaan pakan, cara memotong dan mengolah hingga cara memasak daging babi yang baik agar bebas dari bakteri MSS.
"Edukasi ini penting agar babi bebas dari bakteri Meningtis," kata Parta yang juga Ketua Komisi IV DPRD Bali.
Ia mengatakan untuk mendapat pemahaman mengenai bakteri MSS dan cara pemeliharaan serta pengolahan daging babi yang sehat, pihaknya sengaja mengundang pakar dari Universitas Udayana untuk menjelaskannya. Pakar yang diundang adalah Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Unud) Bali, yang juga menjabat Ketua Asosiasi Ilmuwan Babi Indonesia Komang Budaarsa, Dosen Fakultas Peternakan Unud Dr. Ni Luh Putu Sriyani dan Dekan Fakultas Peternakan Unud.
Menurut Parta, pemaparan dari para pakar tersebut nantinya menjadi materi sosialisasi kepada warga masyarakat.
Ia menjelaskan, para pakar tersebut sudah menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu takut mengkonsumsi daging babi, asalkan dimasak hingga matang. Selain itu warga masyarakat harus diedukasi terkait memelihara, memotong, mengolah hingga memasak daging babi yang benar, termasuk mengenali gejala babi yang terinfeksi MSS.
Komang Budaarsa mengatakan warga masyarakat perlu diedukasi untuk memahami bakteri MSS. Bakteri tersebut bukan hal baru. Sudah sekitar 20 tahun terakhir bakteri itu menjadi masalah pada peternakan babi, karena tidak saja bisa menginfeksi babi, tapi juga menginfeksi manusia.
Ia menjelaskan gejala babi terinfeksi MSS, yakni bengkak pada sendi kaki, baik kaki belakang maupun kaki depan, suhu tubuhnya naik, tidak mau makan atau nafsu makan menurun, kulit kelihatan kemerahan baik pada babi putih maupun babi hitam, ingusan dan ngorok, sering juga diikuti dengan konstipasi atau susah berak.
Selain itu ada juga yang batuk berdarah dan jika bisa bertahan hidup, melampaui masa akut akan terlihat gejala kelumpuhan dan menyeret kakinya saat berjalan.
Penularan bakteri tersebut kepada manusia, kata Budaarsa, terjadi melalui kontak kulit dengan babi terinfeksi, terutama jika kulit manusia ada yang luka. Penularan juga terjadi jika mengkonsumsi daging babi yang masih mentah atau diolah tidak dengan matang.
"Bakteri akan mati pada suhu 56 derajat Celcius, dan akan mati juga dengan desinfektan. Karena itu memasak daging babi di atas suhu 60 derajat wajib dilakukan. Kebiasaan makan lawar merah dengan darah segar untuk sementara dihentikan dulu. Komoh (kuah) kalau dimasak dengan matang sampai mendidih pastilah aman," ujarnya.
Ia mengatakan langkah pencegahan terinfeksi bakteri MSS adalah menyemprot kandang babi dengan desinfektan (karbol, lisol, dll) seminggu sekali, menjaga kebersihan kandang, tempat pakan dan minum, jangan memberi pakan dari limbah hewan yang sakit, jangan memotong babi yang sakit, dan jangan membuang sembarangan limbah pemotongan ternak.
Untuk pengobatan, kata dia, dokter hewan biasanya memberikan preparat penisilin, oxytetracylin dan kanamycin.
Khusus untuk babi guling, Budaarsa meminta masyarakat untuk tidak khawatir mengonsumsinya. Karena bakteri akan mati pada suhu 56 derajat Celcius. Adapun hasil penelitiannya, babi guling dengan berat antara 20-40 kg akan matang pada suhu 110 derajat Celcius selama kurang lebih dua jam. Artinya, bakteri MSS pastilah mati pada suhu tersebut.
Ia hanya meminta agar peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyajian babi guling harus bersih.
"Pemahaman ini sangat perlu diketahui masyarakat luas. Kalau tidak akan berdampak buruk pada warung babi guling dan peternak babi," ucapnya.
Sementara Dosen Fakultas Peternakan Unud Dr. Ni Luh Putu Sriyani menjelaskan ciri-ciri daging sehat, antara lain warna daging merah segar (tidak gelap, ungu atau kehijauan), berbau khas daging segar, tidak berlendir atau keluar cairan, dan konsistensi daging masih baik, artinya kalau menekan pada daging tersebut akan kembali ke bentuk semula. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Tujuannya menyosialisasikan untuk tidak takut mengkonsumsi daging babi. Melibatkan kader tersebut sangat mendesak dilakukan untuk menghapus ketakutan masyarakat di tengah merebaknya isu daging babi yang terjangkit bakteri MSS," kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Nyoman Parta di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan para kader partai akan dikerahkan untuk memberikan edukasi tentang bagaimana membeli bibit babi yang sehat, mengenali ciri-ciri babi yang sakit, kebersihan kandang, cara memelihara, penyediaan pakan, cara memotong dan mengolah hingga cara memasak daging babi yang baik agar bebas dari bakteri MSS.
"Edukasi ini penting agar babi bebas dari bakteri Meningtis," kata Parta yang juga Ketua Komisi IV DPRD Bali.
Ia mengatakan untuk mendapat pemahaman mengenai bakteri MSS dan cara pemeliharaan serta pengolahan daging babi yang sehat, pihaknya sengaja mengundang pakar dari Universitas Udayana untuk menjelaskannya. Pakar yang diundang adalah Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Unud) Bali, yang juga menjabat Ketua Asosiasi Ilmuwan Babi Indonesia Komang Budaarsa, Dosen Fakultas Peternakan Unud Dr. Ni Luh Putu Sriyani dan Dekan Fakultas Peternakan Unud.
Menurut Parta, pemaparan dari para pakar tersebut nantinya menjadi materi sosialisasi kepada warga masyarakat.
Ia menjelaskan, para pakar tersebut sudah menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu takut mengkonsumsi daging babi, asalkan dimasak hingga matang. Selain itu warga masyarakat harus diedukasi terkait memelihara, memotong, mengolah hingga memasak daging babi yang benar, termasuk mengenali gejala babi yang terinfeksi MSS.
Komang Budaarsa mengatakan warga masyarakat perlu diedukasi untuk memahami bakteri MSS. Bakteri tersebut bukan hal baru. Sudah sekitar 20 tahun terakhir bakteri itu menjadi masalah pada peternakan babi, karena tidak saja bisa menginfeksi babi, tapi juga menginfeksi manusia.
Ia menjelaskan gejala babi terinfeksi MSS, yakni bengkak pada sendi kaki, baik kaki belakang maupun kaki depan, suhu tubuhnya naik, tidak mau makan atau nafsu makan menurun, kulit kelihatan kemerahan baik pada babi putih maupun babi hitam, ingusan dan ngorok, sering juga diikuti dengan konstipasi atau susah berak.
Selain itu ada juga yang batuk berdarah dan jika bisa bertahan hidup, melampaui masa akut akan terlihat gejala kelumpuhan dan menyeret kakinya saat berjalan.
Penularan bakteri tersebut kepada manusia, kata Budaarsa, terjadi melalui kontak kulit dengan babi terinfeksi, terutama jika kulit manusia ada yang luka. Penularan juga terjadi jika mengkonsumsi daging babi yang masih mentah atau diolah tidak dengan matang.
"Bakteri akan mati pada suhu 56 derajat Celcius, dan akan mati juga dengan desinfektan. Karena itu memasak daging babi di atas suhu 60 derajat wajib dilakukan. Kebiasaan makan lawar merah dengan darah segar untuk sementara dihentikan dulu. Komoh (kuah) kalau dimasak dengan matang sampai mendidih pastilah aman," ujarnya.
Ia mengatakan langkah pencegahan terinfeksi bakteri MSS adalah menyemprot kandang babi dengan desinfektan (karbol, lisol, dll) seminggu sekali, menjaga kebersihan kandang, tempat pakan dan minum, jangan memberi pakan dari limbah hewan yang sakit, jangan memotong babi yang sakit, dan jangan membuang sembarangan limbah pemotongan ternak.
Untuk pengobatan, kata dia, dokter hewan biasanya memberikan preparat penisilin, oxytetracylin dan kanamycin.
Khusus untuk babi guling, Budaarsa meminta masyarakat untuk tidak khawatir mengonsumsinya. Karena bakteri akan mati pada suhu 56 derajat Celcius. Adapun hasil penelitiannya, babi guling dengan berat antara 20-40 kg akan matang pada suhu 110 derajat Celcius selama kurang lebih dua jam. Artinya, bakteri MSS pastilah mati pada suhu tersebut.
Ia hanya meminta agar peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyajian babi guling harus bersih.
"Pemahaman ini sangat perlu diketahui masyarakat luas. Kalau tidak akan berdampak buruk pada warung babi guling dan peternak babi," ucapnya.
Sementara Dosen Fakultas Peternakan Unud Dr. Ni Luh Putu Sriyani menjelaskan ciri-ciri daging sehat, antara lain warna daging merah segar (tidak gelap, ungu atau kehijauan), berbau khas daging segar, tidak berlendir atau keluar cairan, dan konsistensi daging masih baik, artinya kalau menekan pada daging tersebut akan kembali ke bentuk semula. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017