Denpasar (Antara Bali) - Penyakit Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau Meningitis Babi yang marak di Bali hingga saat ini belum mempengaruhi subsektor peternakan setempat, karena subsektor peternakan justru meningkatkan nilai tukar petani sebesar 0,13 persen selama Februari.

"Subsektor peternakan yang terdiri atas usaha ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya, berperan meningkatkan nilai tukar petani (NTP) di Bali sebesar 0,13 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, kenaikan subsektor peternakan itu berkat indeks harga yang diterima petani (Lt) meningkat sebesar 0,54 persen dan indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan yang lebih rendah yakni 0,43 persen.

"Hal itu terjadi karena subsektor peternakan itu memiliki andil sebesar 115,25 persen pada bulan Februari 2017 atau naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 115.12 persen," katanya.

Terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh meningkatnya harga pada kelompok ternak besar 0,65 persen dan ternak kecil 1,91 persen, namun kelompok unggas mengalami penurunan 0,85 persen dan hasil ternak 1,60 persen.

Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong naiknya indeks harga yang diterima petani antara lain sapi potong, babi dan kambing.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tabanan, IB. Made Wiryawan membenarkan masih stabilnya penjualan dan harga daging babi di daerah "gudang beras" Pulau Dewata.

Pada sisi lain, meningkatnya indeks harga yang dibayar petani itu dipicu oleh naiknya indeks konsumen rumah tangga 0,74 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,12 persen.

Di Kabupaten Tabanan, Bali misalnya, munculnya MSS yang menyerang ternak babi belum mempengaruhi transaksi daging di tingkat pedagang di pasar-pasar tradisional di daerah itu.

Nyoman Sulendri, seorang pedagang daging babi di Pasar Tabanan mengaku, Volume penjualan daging babi dan harga yang dipatok stabil sama seperti kondisi normal sebelum kasus bakteri pada babi ini mencuat kepermukaan.

Permintaan pasar atau transaksi konsumen terhadap daging babi masih tetap normal. Menurutnya, meski beberapa hari terakhir masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan penyakit Meningitis pada babi yang bisa menular ke manusia, namun hal tersebut belum mempengaruhi volume penjualan daging babi.

"Kemungkinan masyarakat sudah paham, bagaimana memilih dan mengolah daging babi yang baik dan benar, sehingga tidak berdampak buruk ketika dikonsumsi. Selain itu, kami sendiri memang selalu menjaga kualitas daging agar layak jaul," ujar Nyoman Sulendri.

Adi Nugroho menambahkan, subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor meningkat.

Kedua subsektor yang mengalami peningkatan selain subsektor peternakan juga subsektor perikanan sebesar 0,45 persen, namun ketiga subsektor lain mengalami penurunan yakni hortikultura 1,10 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,59 persen dan tanaman pangan 0,39 persen. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017