Denpasar (Antara Bali) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali siap melakukan pengujian dan pengecekan terhadap babi milik masyarakat untuk memastikan hewan ternak tersebut terbebas dari bakteri Meningitis Streptococus Suis (MSS) atau meningitis babi.
"Kami akan lakukan dan siap jalan, jika ada masyarakat yang meminta," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Rabu.
Apalagi ini menjelang Hari Raya Galungan, yang biasanya kebutuhan daging babi akan meningkat karena menjadi salah satu sarana kebutuhan ritual dan konsumsi umat Hindu.
Pihaknya siap melakukan pengujian ke sejumlah peternakan bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner dan juga unit pelaksana teknis yang ada di kabupaten. "Dengan mengambil sampel darahnya, dalam tiga hingga empat hari hasilnya sudah bisa diketahui," ujar Sumantra.
Menurut dia, setelah dilakukan pengujian tersebut, para peternak bisa memiliki keyakinan bahwa peternakannya terbebas tidak ada kasus meningitis babi.
Namun, pihaknya tentu tidak akan turun ke semua peternakan yang ada di Bali di tengah keterbatasan personel yang ada, sehingga akan dilakukan ketika ada permintaan dari masyarakat.
Di sisi lain, Sumantra terus mengimbau masyarakat di Pulau Dewata jangan takut untuk mengkonsumsi daging babi, meskipun di sejumlah kabupaten ditemukan kasus penderita Meningitis Streptococus Suis (MSS) atau meningitis babi.
"Kalau daging babi itu sudah dimasak sampai matang, pasti bakterinya akan mati dan tidak akan menyebabkan orang menjadi sakit," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakeswan Provinsi Bali drh Ketut Nata Kusuma mengatakan ciri yang paling kentara pada babi yang terjangkit bakteri Streptococus adalah adanya gangguan syaraf pada kaki babi, sehingga kakinya akan sering terlihat kejang-kejang.
Selain itu, ciri lainnya adalah nafsu makan ternak menjadi menurun dan peningkatan suhu tubuh ternak.
"Babi yang terjangkit bakteri ini sebenarnya juga bisa diterapi dengan antibiotik untuk penyembuhannya, sedangkan bagi babi yang sudah mati harus segera diisolasi," ucap Nata Kusuma. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami akan lakukan dan siap jalan, jika ada masyarakat yang meminta," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Rabu.
Apalagi ini menjelang Hari Raya Galungan, yang biasanya kebutuhan daging babi akan meningkat karena menjadi salah satu sarana kebutuhan ritual dan konsumsi umat Hindu.
Pihaknya siap melakukan pengujian ke sejumlah peternakan bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner dan juga unit pelaksana teknis yang ada di kabupaten. "Dengan mengambil sampel darahnya, dalam tiga hingga empat hari hasilnya sudah bisa diketahui," ujar Sumantra.
Menurut dia, setelah dilakukan pengujian tersebut, para peternak bisa memiliki keyakinan bahwa peternakannya terbebas tidak ada kasus meningitis babi.
Namun, pihaknya tentu tidak akan turun ke semua peternakan yang ada di Bali di tengah keterbatasan personel yang ada, sehingga akan dilakukan ketika ada permintaan dari masyarakat.
Di sisi lain, Sumantra terus mengimbau masyarakat di Pulau Dewata jangan takut untuk mengkonsumsi daging babi, meskipun di sejumlah kabupaten ditemukan kasus penderita Meningitis Streptococus Suis (MSS) atau meningitis babi.
"Kalau daging babi itu sudah dimasak sampai matang, pasti bakterinya akan mati dan tidak akan menyebabkan orang menjadi sakit," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakeswan Provinsi Bali drh Ketut Nata Kusuma mengatakan ciri yang paling kentara pada babi yang terjangkit bakteri Streptococus adalah adanya gangguan syaraf pada kaki babi, sehingga kakinya akan sering terlihat kejang-kejang.
Selain itu, ciri lainnya adalah nafsu makan ternak menjadi menurun dan peningkatan suhu tubuh ternak.
"Babi yang terjangkit bakteri ini sebenarnya juga bisa diterapi dengan antibiotik untuk penyembuhannya, sedangkan bagi babi yang sudah mati harus segera diisolasi," ucap Nata Kusuma. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017