Singaraja (Antara Bali) - Desa Tajun di wilayah Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, kini terus berkembang menjadi desa percontohan yang banyak dikunjungi ratusan daerah seluruh Indonesia.
"Kami selama ini berhasil mengelola keuangan desa dengan baik utamanya dapat mengelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan omzet miliaran rupiah," kata Kepala Desa Tajun, Gede Ardana, Selasa.
Ia mengatakan, BUMDes merupakan salah satu kunci pengembangan desa Tajun hingga menjadi desa percontohan. Banyak daerah belajar mengenai pengelolaan keuangan dan manajemen BUMDes tersebut karena berkembang pesat dalam kurun waktu singkat.
Ia menambahkan, pada awalnya membangun BUMDes dengan modal awal hanya sekitar Rp10 juta saja, tetapi kini omzet BUMDes Tajun sudah mendekati angka Rp10 miliar lebih.
BUMDes Tajun melayani berbagai sektor seperti air bersih, simpan pinjam dan pengelolaan pasar. Semua bidang memang ditujukkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan sistem terintegrasi dan profesional.
"Saya dulunya bekerja di Perbankan. Sistem tersebut yang kemudian saya terapkan di desa. Desa kami punya banyak potensi, tinggal bagaimana mengelola potensi itu dengan baik dan terarah, manajemen tepat guna," jelasnya.
Ardana menilai, setiap desa sebenarnya memiliki potensi luar biasa tergantung pada bagaimana pengelolaan dan pengaturan potensi tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Apabila tujuannya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka manejemen pengelolaan harus bermuara pada masyarakat itu sendiri. Seperti di desa kami saat ini masyarakat sudah tidak terlalu dibebani oleh urunan untuk upacara adat karena sudah ditanggung desa," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami selama ini berhasil mengelola keuangan desa dengan baik utamanya dapat mengelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan omzet miliaran rupiah," kata Kepala Desa Tajun, Gede Ardana, Selasa.
Ia mengatakan, BUMDes merupakan salah satu kunci pengembangan desa Tajun hingga menjadi desa percontohan. Banyak daerah belajar mengenai pengelolaan keuangan dan manajemen BUMDes tersebut karena berkembang pesat dalam kurun waktu singkat.
Ia menambahkan, pada awalnya membangun BUMDes dengan modal awal hanya sekitar Rp10 juta saja, tetapi kini omzet BUMDes Tajun sudah mendekati angka Rp10 miliar lebih.
BUMDes Tajun melayani berbagai sektor seperti air bersih, simpan pinjam dan pengelolaan pasar. Semua bidang memang ditujukkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan sistem terintegrasi dan profesional.
"Saya dulunya bekerja di Perbankan. Sistem tersebut yang kemudian saya terapkan di desa. Desa kami punya banyak potensi, tinggal bagaimana mengelola potensi itu dengan baik dan terarah, manajemen tepat guna," jelasnya.
Ardana menilai, setiap desa sebenarnya memiliki potensi luar biasa tergantung pada bagaimana pengelolaan dan pengaturan potensi tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Apabila tujuannya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka manejemen pengelolaan harus bermuara pada masyarakat itu sendiri. Seperti di desa kami saat ini masyarakat sudah tidak terlalu dibebani oleh urunan untuk upacara adat karena sudah ditanggung desa," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017