Denpasar (Antara Bali) - Pengamat sosial Wayan Gede Suyatarta mengharapkan, warga masyarakat peka dan aktif menangkal berbagai isu dan sentimen keagamaan, yang dapat merusak tatanan bangsa Indonesia.
"Kalau saya amati ada oknum orang maupun kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dengan mengetengahkan isu sentimen agama. Karena itu, kita harus mampu sejak dini menangkalnya," kata Suyatarta pada diskusi bertajuk "Mengukuhkan Semangat Kebhinnekaan: Indonesia Adalah Kita" di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, jika negara terus membiarkan isu tersebut berkembang dan tidak dilakukan upaya menghentiakannya, maka negara ini akan berkonflik.
"Sebagai bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama yang berbeda, maka akan sangat mudah dibuatkan isu untuk memecah belah. Oleh karena itu peran pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memberikan sosialisasi kepada warga masyarakat, bahwa bangsa Indonesia adalah pluralis," ucap mantan pengurus DPD KNPI Bali itu.
Suyatarta mengatakan, era reformasi dan globalisasi sangat membawa perubahan kepada masyarakat dalam segi cara berpikir. Terlebih dengan berkembangnya media sosial (medsos), siapa saja bisa mengirim informasi maupun tulisan, yang kebenarannya belum bisa dipercaya sepenuhnya.
"Medsos berkembang sangat pesat, seakan dunia ini tidak ada batasnya. Siapa saja bisa menulis di akunnya. Namun, informasi yang dikirim tersebut itu patut disaring (filter) oleh pembacanya. Jika tidak memiliki daya peka untuk melakukan penyaringan bagi pembaca, maka sangat mudah di provokasi, terlebih bermuatan SARA," ujar Wayan Gede Suyatarta, alumni Universitas Udayana, Bali.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, semua warga masyarakat harus membaca informasi secara seksama dengan daya logika. Karena tidak sedikit juga ada berita di Medsos itu berita bohong (hoax).
"Warga masyarakat harus mampu bisa membaca berita-berita yang berkembang di Medsos tersebut. Jangan sampai isu yang ingin merusak negara ditanggapi dengan serius. Ini bisanya awal terjadi konflik di masyarakat," ucapnya.
Sementara pengamat budaya, I Gusti Putu Artha mengharapkan warga masyarakat harus mampu menangkal isu yang merugikan berbangsa dan bernegara tersebut.
"Cara yang mudah dilakukan adalah dengan kembali pada jati diri bangsa yang telah sepakat untuk menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam dasar negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kalau saya amati ada oknum orang maupun kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dengan mengetengahkan isu sentimen agama. Karena itu, kita harus mampu sejak dini menangkalnya," kata Suyatarta pada diskusi bertajuk "Mengukuhkan Semangat Kebhinnekaan: Indonesia Adalah Kita" di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, jika negara terus membiarkan isu tersebut berkembang dan tidak dilakukan upaya menghentiakannya, maka negara ini akan berkonflik.
"Sebagai bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama yang berbeda, maka akan sangat mudah dibuatkan isu untuk memecah belah. Oleh karena itu peran pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memberikan sosialisasi kepada warga masyarakat, bahwa bangsa Indonesia adalah pluralis," ucap mantan pengurus DPD KNPI Bali itu.
Suyatarta mengatakan, era reformasi dan globalisasi sangat membawa perubahan kepada masyarakat dalam segi cara berpikir. Terlebih dengan berkembangnya media sosial (medsos), siapa saja bisa mengirim informasi maupun tulisan, yang kebenarannya belum bisa dipercaya sepenuhnya.
"Medsos berkembang sangat pesat, seakan dunia ini tidak ada batasnya. Siapa saja bisa menulis di akunnya. Namun, informasi yang dikirim tersebut itu patut disaring (filter) oleh pembacanya. Jika tidak memiliki daya peka untuk melakukan penyaringan bagi pembaca, maka sangat mudah di provokasi, terlebih bermuatan SARA," ujar Wayan Gede Suyatarta, alumni Universitas Udayana, Bali.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, semua warga masyarakat harus membaca informasi secara seksama dengan daya logika. Karena tidak sedikit juga ada berita di Medsos itu berita bohong (hoax).
"Warga masyarakat harus mampu bisa membaca berita-berita yang berkembang di Medsos tersebut. Jangan sampai isu yang ingin merusak negara ditanggapi dengan serius. Ini bisanya awal terjadi konflik di masyarakat," ucapnya.
Sementara pengamat budaya, I Gusti Putu Artha mengharapkan warga masyarakat harus mampu menangkal isu yang merugikan berbangsa dan bernegara tersebut.
"Cara yang mudah dilakukan adalah dengan kembali pada jati diri bangsa yang telah sepakat untuk menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam dasar negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017