Tabanan (Antara Bali) - Petani bunga di Desa Batunya, Kabupaten Tabanan, Bali, beralih menanam cabai karena lebih menguntungkan seiring dengan melonjaknya harga komodias tersebut di pasaran.

"Saya beralih tanam cabai karena harganya lumayan tinggi. Kebetulan juga ada lahan ganggung habis tanah bunga gumitir," kata Ketut Sudirama, petani di desa setempat, Kamis.

Ia mengatakan, pihaknya membudidayakan tanaman cabai pada lahan seluas 20 are (1 are=100 meter persegi) lahan pribadi di pinggiran jalan Bedugul-Denpasar arah Kecamatan Petang.

Lahan seluas itu, kata dia, dapat menampung sekitar 700-1.000 bibit cabai yang didapatkan dari penjual bibit di Kecamatan Baturiti masih di wilayah Kabupaten Tabanan.

Ia menjelaskan, penanaman cabai hingga panen memerlukan waktu tiga bulan atau paling cepat selama 80 hari sesuai dengan cuaca dan perawatan.

Selama periode penanaman pihaknya rutin melakukan perawatan dan penyemaian dengan memberikan pupuk kandang berupa kotoran ayam agar tanamam cepat membesar.

Tanaman cabai juga dirawat dengan diberikan lapisan plastik khusus di atas tanamam menjaga agar tanaman cabai kecil terhindar dari penyakit dan menjaga unsur tanah tetap terjaga.

Mengenai modal pembudidayaan, ia mengatakan menghabiskan total biaya bibit dan pupuk sekitar Rp7 Juta. "Kadang bisa melebihi karena kadang harga pupuk kandang mengalami kenaikan," imbuhnya.

Sementara itu, dalam satu kali masa panen, ia menghasilkan cabai besar sebanyak 10 kuintal dijual dengan harga Rp70.000 per kilogram keada pengepul yang siap menjual ke beberapa daerah di Denpasar dan beberapa kota lainnya di Bali. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017