Tabanan (Antara Bali) - Kalangan perbankan di Kabupaten Tabanan, Bali, semakin intensif menggarap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah pada 2017 dengan harapan mereka mampu mengembangkan usaha ekonomi kreatif dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah itu.
"Upaya itu sejalan dengan potensi daerah yang didominasi kalangan pelaku usaha, khususnya yang bergerak dalam sektor perdagangan," kata Kepala Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Cabang Tabanan IB Ary Wijaya Guntur di Tabanan, Selasa.
Ia mengatakan sektor UMKM semakin menjadi fokus yang disasar dalam mencapai target bisnis pada 2017.
Untuk itu, katanya, dalam penyaluran kredit usaha ekonomi produktif pada 2017 diharapkan tumbuh 11 persen dan dana pihak ketiga (DPK) berkembang 13 persen.
"Sejalan dengan target pertumbuhan, kami tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam kaitannya untuk menekan laju pertumbuhan Non Performance Loans (NPLs)," katanya.
Pihaknya dalam mencapai pertumbuhan kredit dan DPK, melihat peluang yang ada serta melalui program Cinta Pasar yang sebelumnya telah terbukti berperan efektif dalam mendongkrak pertumbuhan target bisnis.
Pada sisi lain, katanya, pencapaian tersebut juga ditopang dengan meningkatkan pelayanan seperti tabungan, kredit, dan sejumlah layanan untuk memudahkan nasabah mengadopsi sejumlah teknologi.
Pelayanan teknologi pada 2017 difokuskan untuk menggenjot penggunaan produk ATM Giro dengan harapan nasabah perorangan yang memiliki giro bisa bertransaksi melalui ATM atau bisa mendapatkan fasilitas ATM.
Selain itu, katanya, layanan "internet banking" dan "mobile banking" juga akan semakin ditingkatkan dengan harapan semua fasilitas mampu memberikan kemudahan nasabah dalam melakukan transaksi keuangan.
Ary Wijaya Guntur menjelaskan dari data posisi Desember 2016 untuk kredit memang baru tercapai 98 persen, pencapaian DPK 103 persen, dan pencapaian laba 114 persen.
Khusus pencapaian kredit, katanya, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang belum stabil, sehingga membuat sejumlah kalangan usaha menunda untuk pengajuan kredit.
Di sisi lain, katanya, perbankan juga agak mengerem pembiayaan, khususnya sektor properti, sehingga pencapaian belum bisa 100 persen.
Hal senada juga diungkapkan pelaku usaha keuangan lainnya, Wulan Anggreni dengan mengungkapkan bahwa di tengah kelesuan ekonomi, sektor UMKM memang terbukti mampu bertahan hingga kini.
Bercermin dari kondisi itu pula, pihaknya melihat sektor usaha UMKM menjadi pangsa pasar yang cukup potensial dalam menopang pertumbuhan target bisnis pada 2017.
"Kami memiliki berbagai produk layanan yang bisa dimanfaatkan kalangan UMKM sesuai dengan kebutuhan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Upaya itu sejalan dengan potensi daerah yang didominasi kalangan pelaku usaha, khususnya yang bergerak dalam sektor perdagangan," kata Kepala Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Cabang Tabanan IB Ary Wijaya Guntur di Tabanan, Selasa.
Ia mengatakan sektor UMKM semakin menjadi fokus yang disasar dalam mencapai target bisnis pada 2017.
Untuk itu, katanya, dalam penyaluran kredit usaha ekonomi produktif pada 2017 diharapkan tumbuh 11 persen dan dana pihak ketiga (DPK) berkembang 13 persen.
"Sejalan dengan target pertumbuhan, kami tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam kaitannya untuk menekan laju pertumbuhan Non Performance Loans (NPLs)," katanya.
Pihaknya dalam mencapai pertumbuhan kredit dan DPK, melihat peluang yang ada serta melalui program Cinta Pasar yang sebelumnya telah terbukti berperan efektif dalam mendongkrak pertumbuhan target bisnis.
Pada sisi lain, katanya, pencapaian tersebut juga ditopang dengan meningkatkan pelayanan seperti tabungan, kredit, dan sejumlah layanan untuk memudahkan nasabah mengadopsi sejumlah teknologi.
Pelayanan teknologi pada 2017 difokuskan untuk menggenjot penggunaan produk ATM Giro dengan harapan nasabah perorangan yang memiliki giro bisa bertransaksi melalui ATM atau bisa mendapatkan fasilitas ATM.
Selain itu, katanya, layanan "internet banking" dan "mobile banking" juga akan semakin ditingkatkan dengan harapan semua fasilitas mampu memberikan kemudahan nasabah dalam melakukan transaksi keuangan.
Ary Wijaya Guntur menjelaskan dari data posisi Desember 2016 untuk kredit memang baru tercapai 98 persen, pencapaian DPK 103 persen, dan pencapaian laba 114 persen.
Khusus pencapaian kredit, katanya, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang belum stabil, sehingga membuat sejumlah kalangan usaha menunda untuk pengajuan kredit.
Di sisi lain, katanya, perbankan juga agak mengerem pembiayaan, khususnya sektor properti, sehingga pencapaian belum bisa 100 persen.
Hal senada juga diungkapkan pelaku usaha keuangan lainnya, Wulan Anggreni dengan mengungkapkan bahwa di tengah kelesuan ekonomi, sektor UMKM memang terbukti mampu bertahan hingga kini.
Bercermin dari kondisi itu pula, pihaknya melihat sektor usaha UMKM menjadi pangsa pasar yang cukup potensial dalam menopang pertumbuhan target bisnis pada 2017.
"Kami memiliki berbagai produk layanan yang bisa dimanfaatkan kalangan UMKM sesuai dengan kebutuhan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017