Denpasar (Antara Bali) - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bali mengharapkan masyarakat untuk menghindari isu-isu SARA dalam pelaksanaan Pilkada Bupati-Wakil Bupati di Buleleng dan Pilkada Gubenur-Wakil Gubenur Bali.
"Kami mendukung gagasan-gagasan yang memperkuat nilai-nilai Pancasila untuk mempererat keragaman suku, adat, budaya dan agama," kata Ketua DPD PA GMNI Bali Dewa W. Raka Sandi dalam diskusi terbuka `Pancasila, Tantangan Kebhinnekaan dan Dinamika Politik Bali 2017-2018` di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan diskusi terbuka itu akan mampu melahirkan satu gagasan yang dapat diimplementasikan sebagai upaya menanamkan kembali ideologi Pancasila dalam mempertahankan nasionalisme dan patriotisme pada era globalisasi.
"Selain itu, kami juga akan terus berperan aktif melahirkan pemimpin yang berkualitas dan setia dengan Pancasila, tentu dengan menghindari isu-isu SARA dalam pelaksanaan pilkada itu sedini mungkin dengan menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada semua `stakeholder` peserta pemilu," katanya.
Dalam diskusi terbuka itu, pengamat sosial dan politik, I Gusti Putu Arta, menambahkan perhelatan politik yang semakin dekat perlu disongsong dengan kecerdasan politik untuk memilih pemimpin yang tepat guna membawa kemajuan Bali.
"Diskusi ini merupakan peran aktif GMNI dalam mendorong masyarakat untuk menerapkan politik lebih beretika dalam menyikapi dinamika politik di Pulau Dewata, termasuk semakin banyaknya tokoh-tokoh yang akan ingin maju untuk merebutkan posisi pertama di Bali itu," ujar Gusti Putu Arta.
Ia menegaskan bahwa kemajemukan harus dirawat melalui upaya menggemakan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat agar perbedaan yang ada tidak justru menimbulkan perpecahan masyarakat.
"Untuk itu, isu SARA harus dihindarkan dalam pilkada di Buleleng pada tahun 2017 serta dalam Pilkada Gubernur Bali pada 2018, karena isu SARA itulah yang akan memicu perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Kita harus belajar dari pilkada di tempat lain," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami mendukung gagasan-gagasan yang memperkuat nilai-nilai Pancasila untuk mempererat keragaman suku, adat, budaya dan agama," kata Ketua DPD PA GMNI Bali Dewa W. Raka Sandi dalam diskusi terbuka `Pancasila, Tantangan Kebhinnekaan dan Dinamika Politik Bali 2017-2018` di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan diskusi terbuka itu akan mampu melahirkan satu gagasan yang dapat diimplementasikan sebagai upaya menanamkan kembali ideologi Pancasila dalam mempertahankan nasionalisme dan patriotisme pada era globalisasi.
"Selain itu, kami juga akan terus berperan aktif melahirkan pemimpin yang berkualitas dan setia dengan Pancasila, tentu dengan menghindari isu-isu SARA dalam pelaksanaan pilkada itu sedini mungkin dengan menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada semua `stakeholder` peserta pemilu," katanya.
Dalam diskusi terbuka itu, pengamat sosial dan politik, I Gusti Putu Arta, menambahkan perhelatan politik yang semakin dekat perlu disongsong dengan kecerdasan politik untuk memilih pemimpin yang tepat guna membawa kemajuan Bali.
"Diskusi ini merupakan peran aktif GMNI dalam mendorong masyarakat untuk menerapkan politik lebih beretika dalam menyikapi dinamika politik di Pulau Dewata, termasuk semakin banyaknya tokoh-tokoh yang akan ingin maju untuk merebutkan posisi pertama di Bali itu," ujar Gusti Putu Arta.
Ia menegaskan bahwa kemajemukan harus dirawat melalui upaya menggemakan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat agar perbedaan yang ada tidak justru menimbulkan perpecahan masyarakat.
"Untuk itu, isu SARA harus dihindarkan dalam pilkada di Buleleng pada tahun 2017 serta dalam Pilkada Gubernur Bali pada 2018, karena isu SARA itulah yang akan memicu perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Kita harus belajar dari pilkada di tempat lain," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017