Denpasar (Antara Bali) - Subsektor peternakan yang terdiri atas usaha ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya, telah menurunkan nilai tukar petani (NTP) atau daya beli petani di Bali selama bulan Desember 2016 hingga 0,12 persen.

"Subsektor peternakan (NTP-Pt) Bali pada bulan Desember 2016 sebesar 115,78 persen, menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat 115,92 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan indeks harga daru subsektor peternakan yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,04 persen, namun indeks harga yang dibayar petani (lb) juga naik 0,16 persen, sehingga NTP menjadi turun.

Terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh bertambahnya harga pada kelompok ternak besar 0,04 persen dan hasil ternak 1,21 persen.

Pada sisi lain, terjadi penurunan pada kelompok ternak kecil sebesar 0,10 persen dan unggas sebesar 1,05 persen. Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong naiknya indeks harga yang diterima petani antara lain telur ayam ras, telur ayam buras dan sapi potong.

Meningkatnya indeks harga yang dibayar petani dipicu oleh bertambahnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,24 persen.

Adi Nugroho menjelaskan subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.

Ketiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor peternakan juga tanaman pangan 1,21 persen dan tanaman perkebunan rakyat 0,44 persen.

Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan meliputi hortikultura 0,32 persen dan subsektor perikanan 0,31 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017