Guru besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Sebagai seorang akademisi Nyoman Sucipta memiliki kepedulian terhadap permasalahan manusia, manusia yang bekerja di bidang pertanian atau human faktor pertanian. Setiap orang ingin menjalani kehidupan sehari-hari yang bahagia, produktif dan berhasil meraih tujuan-tujuan hidupnya.
Namun kenyataannya untuk mendapatkan itu tidak selalu mudah bagi setiap orang. Tidak sedikit orang yang menjalani kehidupan sehari-hari dengan suasana hati tidak tenteram, dihinggapi berbagai perasaan negatif seperti takut, khawatir, cemas, sehingga kehidupan sehari-hari yang bahagia justru menjauh dari dirinya dan berakibat pada rendahnya produktivitas pribadi.
Banyak orang yang tidak memahami bahwa tercapainya keinginan untuk hidup bahagia terkendala oleh adanya gangguan pada pola pikir, atau cara bersikap, dan muncul dalam cara bertindak dan berperilaku yang justru menjauhkan dirinya dari ketenteraman. Atau bisa jadi seseorang menyadari adanya hal yang kurang pas dalam penyikapan, pola pikir dan perilaku dirinya, namun belum tahu, belum bisa, atau belum kunjung berhasil mengatasinya.
Untuk itu banyak orang memerlukan pengetahuan yang dengan kata lain aspek manusia adalah merupakan faktor penting dalam mencapai kesejahteraannya. Faktor penting dari aspek manusia dalam hubungannya dengan hal ini adalah faktor manusia atau human factor yang disebut dengan ergonomi, seperti faktor fisik manusia (ergonomi fisik), faktor psikologi atau proses mental manusia (ergonomi kognitif), faktor lingkungan terutama lingkungan fisik yang mempengaruhi manusia (ergonomi lingkungan), dan faktor sosioteknik manusia (ergonomi organisasi).
Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-lingkungan yang integral. Secara sistematis pendekatan human faktor kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia.
Pada gilirannya akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah di bawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja.
Nyoman Sucipta lahir pada tanggal 6 Mei 1955. Putra ketiga dari pasangan I Made Suka almarhum (ayah) dan Ni Ketut Narwi almarhum (ibu), sosok pejuang kemerdekaan. Dalam kehidupan belajar masa kecil mulai duduk dibangku pendidikan pada SD Negeri No, 10 Denpasar. Setelah lulus SD, masuk di SMP Negeri 1 Denpasar, melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Denpasar. Sewaktu sekolah di SMP dan SMA, setiap pagi menuju sekolah ia mengayuh sepeda dari desa Penatih ke Denpasar
Hingga pada tahun 1974, saat ia berumur 18 tahun, akhirnya Nyoman Sucipta muda mencari ilmu yang lebih tinggi.
Ia diterima di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Orangtuanya habis-habisan mendukungnya dalam dana, padahal di keluarganya masih ada 6 adiknya, Tetapi dengan cita-cita yang tinggi semua itu ia jalani dengan semangat yang kuat. Syukurlah kesembilan saudaranya dapat bersekolah semua.
Nyoman Sucipta berhasil menuntaskan kuliah S1 sebagai sarjana pertanian dari Universitas Udayana tahun 1980. Ayahnya pada awalnya sebagai tentara, pegawai pemerintah dan akhirnya menjadi seorang petani yang memiliki idealisme luar biasa.
Untuk ukuran pada waktu itu, ayahnya dikenal sebagai orang yang visioner, sebab tidak mungkin untuk seorang petani yang hanya memiliki beberapa are tanah berani menyekolahkan anaknya. Ayahnya seorang yang mau melihat anaknya maju. Ketika ia dan saudara-saudaranya bersekolah, bisa dikatakan hampir seluruh penghasilan yang ada dalam keluarga, seluruhnya diberikan kepada anak-anaknya dan semua digunakan untuk menyiapkan mereka untuk hidup kemudian hari, terutama dalam mencapai ilmu pengetahuan.
"Jadi begitu amat besar hutang kami kepada orangtua." kenangnya. Setelah tamat S1 memilih menjadi dosen di Universitas Udayana. Ayahnya sangat menginginkan ia menjadi dosen. Ia memilih jalan hidup ini oleh karena sikap hormat kepada ayah dan ibunya dan sebagai rasa ucapan terima kasih kepada orang tuanya yang telah membimbing dan dengan habis-habisan memberikan yang terbaik untuknya. Karena bagi ayahnya berprofesi sebagai dosen atau guru memiliki makna yang tinggi.
Pengajar Riset pada Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, selalu mengingat ayahnya seorang yang sederhana, tetapi dikenal sebagai seorang yang berfikir maju, bukan seperti orang kebiasaan. Berbeda dari masyarakat sekitar yang pada umumnya seorang petani saja. Beliau dapat memiliki visi-visi yang maju ke depan yang tidak kalah dengan visi masyarakat perkotaan pada waktu itu, untuk ukuran waktu itu ayahnya adalah seorang yang berwawasan sangat luas dan berpikiran maju dan menjadi jalan lebar bagi Nyoman Sucipta untuk maju. Walaupun dari segi materi tidak memberikan banyak, tetapi dari sisi visi dan wawasan untuk seorang petani di desa bisa dibilang maju meninggalkan rekan-rekannya. Ayahnya itu sangat menghargai terhadap intelektualisme.
Contohnya ia melihat pendidikan adalah masa depan untuk anak-anaknya, pendidikan adalah cara menerobos untuk maju, anak-anaknya tidak pernah disiapkan untuk menjadi manusia yang hanya berpikir setting lokal saja tetapi yang ia lihat adalah manusia yang global. Beliau melihat anak-anaknya harus menjadi manusia yang intelektual.
Ia bisa menangkap perasaan ayahnya itu sehingga memutuskan untuk menjadi seorang pengajar. Idealisme ayahnya benar-benar tertanam dalam dirinya, walaupun demikian Nyoman Sucipta berkembang menjadi dirinya sendiri. Pengaruh orangtua sangat besar terutama sang ibu yang memberikan teladan kesabaran. Memang, hobi utama sejak dulu adalah membaca. Tema-tema bacaannya tidak hanya terbatas pada bacaan pertanian, melainkan juga bacaan-bacaan agama, buku-buku filsafat, sosial, dan budaya. Selain membaca ia juga seorang pencinta seni dan olah raga.
Pada tahun 1983 menikah dengan Ketut Suriasih seorang akademisi juga jebolan University of New South Wales, Sydney, Australia tahun 1995 strata dua dan sarjana strata tiga atau Doktor, Pasca Sarjana Universitas Udayana.. Dari pernikahan dikarunia tiga orang putra putri yaitu dr Wayan Citra Wulan Sucipta Putri, S. Ked (menikah dengan dr. Putu Indra Setiawan, S.Ked), sedang menempuh pendidikan S2 di UNSW Australia, Made Dwi Indira Asih Sucipta Putri, ST, M.Si (menikah dengan Made Adi Darmadi, ST) dan dr. I Nyoman Esha Pradnyana Sucipta Putra, S.Ked (menikah dengan dr. Made Putri Hendaria, S.Ked), juga sedang mengikuti pendidikan spesialis bedah plastik di Universitas Airlangga, serta dua orang cucu Putu Kevin Prapdita Setiawan dan Putu Abirama.
Menikah ternyata bukan halangan bagi Nyoman Sucipta untuk berkarir di bidang akademik. Ia jebolan S2 di Universitas Gajah Mada tahun 1991-1993.Tahun 1993-1995 sempat mengikuti pendidikan di Western Sydney Australia. Tahun 2000-2004 menempuh program S3 di bidang ergonomi fisiologi kerja di pasca sarjana S3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana. Pernah menjadi Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana sampai tahun 2006, pembantu Rektor bidang kemahasiswaan Universitas Udayana sampai tahun 2009. Tahun 2010 menjadi ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, dilanjutkan menjadi kordinator Kopertis Wilayah VIII Bali Nusra sampai tahun 2014. Selain akrab dan berpengalaman dengan dunia perguruan tinggi juga sebagai pelaku usaha dengan beberapa usaha yang pernah dijalankan dalam bentuk usaha dagang, komoditer dan perseroan. Itulah juga alasannya mengapa ia mendirikan sekolah tinggi bisnis dan teknik komputer yang sedang dalam pengurusan izin operasional, karena tidak lepas kepeduliannya terhadap dunia bisnis di Indonesia dan memandang bisnis itu penting. Baginya profesi tersebut juga memberikan pendapatan tambahan bagi keluarga. Ia bersama isterinya juga aktif dalam berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) Universitas Udayana.
Penghargaan yang pernah diraih adalah tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 dan 30 tahun. Pengalaman menulis buku memperoleh hak cipta adalah Agro Ergonomi Dasar-dasar Ergonomi di Bidang Pertanian dengan nomor P/ID 064031/C00201203545 tanggal 23 Juli 2012, buku lainnya adalah Pengemasan bahan makanan. Holistik Soft Skills dan Pola Pengembangan Kemahasiswaan Universitas Udayana, Satvika Boga, Kefir sebagai minuman probiotik dan menulis di majalah dan surat kabar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Namun kenyataannya untuk mendapatkan itu tidak selalu mudah bagi setiap orang. Tidak sedikit orang yang menjalani kehidupan sehari-hari dengan suasana hati tidak tenteram, dihinggapi berbagai perasaan negatif seperti takut, khawatir, cemas, sehingga kehidupan sehari-hari yang bahagia justru menjauh dari dirinya dan berakibat pada rendahnya produktivitas pribadi.
Banyak orang yang tidak memahami bahwa tercapainya keinginan untuk hidup bahagia terkendala oleh adanya gangguan pada pola pikir, atau cara bersikap, dan muncul dalam cara bertindak dan berperilaku yang justru menjauhkan dirinya dari ketenteraman. Atau bisa jadi seseorang menyadari adanya hal yang kurang pas dalam penyikapan, pola pikir dan perilaku dirinya, namun belum tahu, belum bisa, atau belum kunjung berhasil mengatasinya.
Untuk itu banyak orang memerlukan pengetahuan yang dengan kata lain aspek manusia adalah merupakan faktor penting dalam mencapai kesejahteraannya. Faktor penting dari aspek manusia dalam hubungannya dengan hal ini adalah faktor manusia atau human factor yang disebut dengan ergonomi, seperti faktor fisik manusia (ergonomi fisik), faktor psikologi atau proses mental manusia (ergonomi kognitif), faktor lingkungan terutama lingkungan fisik yang mempengaruhi manusia (ergonomi lingkungan), dan faktor sosioteknik manusia (ergonomi organisasi).
Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-lingkungan yang integral. Secara sistematis pendekatan human faktor kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia.
Pada gilirannya akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah di bawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja.
Nyoman Sucipta lahir pada tanggal 6 Mei 1955. Putra ketiga dari pasangan I Made Suka almarhum (ayah) dan Ni Ketut Narwi almarhum (ibu), sosok pejuang kemerdekaan. Dalam kehidupan belajar masa kecil mulai duduk dibangku pendidikan pada SD Negeri No, 10 Denpasar. Setelah lulus SD, masuk di SMP Negeri 1 Denpasar, melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Denpasar. Sewaktu sekolah di SMP dan SMA, setiap pagi menuju sekolah ia mengayuh sepeda dari desa Penatih ke Denpasar
Hingga pada tahun 1974, saat ia berumur 18 tahun, akhirnya Nyoman Sucipta muda mencari ilmu yang lebih tinggi.
Ia diterima di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Orangtuanya habis-habisan mendukungnya dalam dana, padahal di keluarganya masih ada 6 adiknya, Tetapi dengan cita-cita yang tinggi semua itu ia jalani dengan semangat yang kuat. Syukurlah kesembilan saudaranya dapat bersekolah semua.
Nyoman Sucipta berhasil menuntaskan kuliah S1 sebagai sarjana pertanian dari Universitas Udayana tahun 1980. Ayahnya pada awalnya sebagai tentara, pegawai pemerintah dan akhirnya menjadi seorang petani yang memiliki idealisme luar biasa.
Untuk ukuran pada waktu itu, ayahnya dikenal sebagai orang yang visioner, sebab tidak mungkin untuk seorang petani yang hanya memiliki beberapa are tanah berani menyekolahkan anaknya. Ayahnya seorang yang mau melihat anaknya maju. Ketika ia dan saudara-saudaranya bersekolah, bisa dikatakan hampir seluruh penghasilan yang ada dalam keluarga, seluruhnya diberikan kepada anak-anaknya dan semua digunakan untuk menyiapkan mereka untuk hidup kemudian hari, terutama dalam mencapai ilmu pengetahuan.
"Jadi begitu amat besar hutang kami kepada orangtua." kenangnya. Setelah tamat S1 memilih menjadi dosen di Universitas Udayana. Ayahnya sangat menginginkan ia menjadi dosen. Ia memilih jalan hidup ini oleh karena sikap hormat kepada ayah dan ibunya dan sebagai rasa ucapan terima kasih kepada orang tuanya yang telah membimbing dan dengan habis-habisan memberikan yang terbaik untuknya. Karena bagi ayahnya berprofesi sebagai dosen atau guru memiliki makna yang tinggi.
Pengajar Riset pada Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, selalu mengingat ayahnya seorang yang sederhana, tetapi dikenal sebagai seorang yang berfikir maju, bukan seperti orang kebiasaan. Berbeda dari masyarakat sekitar yang pada umumnya seorang petani saja. Beliau dapat memiliki visi-visi yang maju ke depan yang tidak kalah dengan visi masyarakat perkotaan pada waktu itu, untuk ukuran waktu itu ayahnya adalah seorang yang berwawasan sangat luas dan berpikiran maju dan menjadi jalan lebar bagi Nyoman Sucipta untuk maju. Walaupun dari segi materi tidak memberikan banyak, tetapi dari sisi visi dan wawasan untuk seorang petani di desa bisa dibilang maju meninggalkan rekan-rekannya. Ayahnya itu sangat menghargai terhadap intelektualisme.
Contohnya ia melihat pendidikan adalah masa depan untuk anak-anaknya, pendidikan adalah cara menerobos untuk maju, anak-anaknya tidak pernah disiapkan untuk menjadi manusia yang hanya berpikir setting lokal saja tetapi yang ia lihat adalah manusia yang global. Beliau melihat anak-anaknya harus menjadi manusia yang intelektual.
Ia bisa menangkap perasaan ayahnya itu sehingga memutuskan untuk menjadi seorang pengajar. Idealisme ayahnya benar-benar tertanam dalam dirinya, walaupun demikian Nyoman Sucipta berkembang menjadi dirinya sendiri. Pengaruh orangtua sangat besar terutama sang ibu yang memberikan teladan kesabaran. Memang, hobi utama sejak dulu adalah membaca. Tema-tema bacaannya tidak hanya terbatas pada bacaan pertanian, melainkan juga bacaan-bacaan agama, buku-buku filsafat, sosial, dan budaya. Selain membaca ia juga seorang pencinta seni dan olah raga.
Pada tahun 1983 menikah dengan Ketut Suriasih seorang akademisi juga jebolan University of New South Wales, Sydney, Australia tahun 1995 strata dua dan sarjana strata tiga atau Doktor, Pasca Sarjana Universitas Udayana.. Dari pernikahan dikarunia tiga orang putra putri yaitu dr Wayan Citra Wulan Sucipta Putri, S. Ked (menikah dengan dr. Putu Indra Setiawan, S.Ked), sedang menempuh pendidikan S2 di UNSW Australia, Made Dwi Indira Asih Sucipta Putri, ST, M.Si (menikah dengan Made Adi Darmadi, ST) dan dr. I Nyoman Esha Pradnyana Sucipta Putra, S.Ked (menikah dengan dr. Made Putri Hendaria, S.Ked), juga sedang mengikuti pendidikan spesialis bedah plastik di Universitas Airlangga, serta dua orang cucu Putu Kevin Prapdita Setiawan dan Putu Abirama.
Menikah ternyata bukan halangan bagi Nyoman Sucipta untuk berkarir di bidang akademik. Ia jebolan S2 di Universitas Gajah Mada tahun 1991-1993.Tahun 1993-1995 sempat mengikuti pendidikan di Western Sydney Australia. Tahun 2000-2004 menempuh program S3 di bidang ergonomi fisiologi kerja di pasca sarjana S3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana. Pernah menjadi Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana sampai tahun 2006, pembantu Rektor bidang kemahasiswaan Universitas Udayana sampai tahun 2009. Tahun 2010 menjadi ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, dilanjutkan menjadi kordinator Kopertis Wilayah VIII Bali Nusra sampai tahun 2014. Selain akrab dan berpengalaman dengan dunia perguruan tinggi juga sebagai pelaku usaha dengan beberapa usaha yang pernah dijalankan dalam bentuk usaha dagang, komoditer dan perseroan. Itulah juga alasannya mengapa ia mendirikan sekolah tinggi bisnis dan teknik komputer yang sedang dalam pengurusan izin operasional, karena tidak lepas kepeduliannya terhadap dunia bisnis di Indonesia dan memandang bisnis itu penting. Baginya profesi tersebut juga memberikan pendapatan tambahan bagi keluarga. Ia bersama isterinya juga aktif dalam berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) Universitas Udayana.
Penghargaan yang pernah diraih adalah tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 dan 30 tahun. Pengalaman menulis buku memperoleh hak cipta adalah Agro Ergonomi Dasar-dasar Ergonomi di Bidang Pertanian dengan nomor P/ID 064031/C00201203545 tanggal 23 Juli 2012, buku lainnya adalah Pengemasan bahan makanan. Holistik Soft Skills dan Pola Pengembangan Kemahasiswaan Universitas Udayana, Satvika Boga, Kefir sebagai minuman probiotik dan menulis di majalah dan surat kabar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016