Jakarta (Antara Bali) - Bank Indonesia akan mengupayakan pergerakan
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap terjaga sesuai fundamental,
meski kondisi global sempat bergejolak seusai pemilihan presiden AS.
"BI akan tetap melakukan langkah stabilisasi nilai tukar sesuai
fundamental dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," kata
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam jumpa pers di Jakarta,
Kamis.
Agus menjelaskan kondisi pasar keuangan saat ini dalam keadaan baik,
setelah BI memperkenalkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebagai suku bunga
acuan dan berbagai operasi moneter lainnya yang telah berjalan dengan
efektif.
Menurut dia, tata kelola moneter yang dilakukan untuk menjaga
fundamental ini diupayakan, agar pelaku pasar tidak memiliki
kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi nasional dalam jangka panjang.
"Kalau fundamental ekonomi baik dan stabil, situasi akan terus
seperti ini dan pertumbuhan ekonomi pada 2017 akan sedikit lebih baik
dari 2016," kata Agus.
Untuk itu, Gubernur BI menambahkan depresiasi rupiah yang terjadi
setelah hasil pemilihan Presiden AS merupakan hal yang bersifat
sementara atau hanya respon sesaat, karena saat ini indikator ekonomi
dalam keadaan baik.
"Secara umum ekonomi domestik cukup stabil dan sehat. Kalaupun ada
depresiasi, itu karena sifatnya sementara. Terhadap tekanan itu, kita
merespon dan BI akan hadir di pasar," katanya.
BI mencatat sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53 persen menjadi Rp13.378 per
dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca
pemilihan presiden AS.
Meski demikian, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah relatif
terbatas dibandingkan dengan tekanan yang terjadi pada mata uang negara
berkembang lainnya.
Sebelum tertahan oleh pemilihan presiden AS, penguatan rupiah terus
berlanjut hingga triwulan III-2016, didukung oleh sentimen positif
domestik maupun eksternal. Secara year to date, nilai tukar rupiah juga
masih menguat 2,97 persen.
Selama triwulan III-2016, nilai tukar rupiah, secara rata-rata
menguat 1,39 persen dan mencapai level Rp13.130 per dolar AS. Penguatan
ini berlanjut di periode Oktober 2016 sebesar 0,71 persen dan ditutup
pada Rp13.048 per dolar AS.
Penguatan rupiah didukung sentimen positif perekonomian domestik,
seiring dengan kondisi stabilitas makro yang terjaga dan terlaksananya
program amnesti pajak yang berjalan dengan baik.
Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terjadi karena meredanya
risiko global, sejalan dengan makin jelasnya kebijakan The Fed (Bank
Sentral AS) terkait rencana penyesuaian suku bunga acuan. (WDY)
BI Upayakan Langkah Stabilisasi Rupiah Sesuai Fundamental
Jumat, 18 November 2016 7:27 WIB