Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah seni dan budaya Bali asal Prancis, Jean Couteau menilai, sosok seniman Ketut Budiana mampu membuat karya-karya yang mencerminkan wakil dari hakekat ketimuran modern.
Karya seni yang diangkat dari tradisi Bali ke atas kanvas oleh Budiana itu telah melampaui batas hingga menjadi renungan filsafat modern, kata Jean Couteau dalam dialog seni rupa bertema "Ambang Batas Tradisi dan Kontemporer" terkait pameran tunggal I Ketut Budiana di Bentara Budaya Bali (BBB) di Gianyar, Sabtu.
Ia mengatakan, Budiana adalah salah seorang dari sekian banyak seniman asal Pulau Dewata yang mempu meneruskan tradisi seni religius Bali.
Sebagai penerus tradisi religius Bali, pria berbakat itu juga mampu membuat patung untuk dekorasi pura, termasuk membidani lahirnya perangkat upakara pengabenan (pembakaran jenazah), seperti lembu, bade dan lain-lain, ujar Jean Couteau.
Dialog yang melibatkan belasan seniman, pengamat seni dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu juga menampilkan pembicara Drs Hardiman, M.Hum, dosen Undiksa Singaraja.
I Ketut Budiana menggelar pameran tunggal menampilkan 60 lukisan bertepatan ulang tahunnya yang ke-60.
Seluruh karya lukisan dalam proses produksi menggunakan tiga jenis bahan kertas yang dirancang sedemikian rupa, sehingga menjadi karya yang unik, bermutu dan menarik dalam kemasan seni budaya Bali.
Budiana yang sukses menggelar pameran di sejumlah negara itu dalam melukis juga berkreasi menggunakan kertas khusus dari Jepang, kertas istimewa dari Eropa dan kertas buatan sendiri yang berasal dari pelepah pisang.
"Kertas tersebut saya olah menjadi bahan untuk menghasilkan karya seni, yang kini banyak menjadi koleksi museum di Jepang," ujar Ketut Budiana yang juga tampil dalam dialog tersebut.(*)