Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menginginkan perkembangan Tari Cak di daerah itu sesuai dengan era kekinian dan dapat menarik minat generasi muda.
"Kami pun menginginkan agar Cak ini menjadi berkembang tidak hanya di desa-desa dan digeluti dari kalangan tua, tetapi proses pelestarian dan pengembangannya agar ada hal-hal baru sesuai dengan kekinian," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha saat menjadi narasumber dalam workshop Cak Modern, di Denpasar, Sabtu.
Selain itu, tambah dia, dari kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi bekal bagi para pelajar SMA/SMK yang akan tampil dalam ajang Bali Mandara Nawanatya dengan tema Bulan Cak pada September mendatang.
"Dengan demikian, setelah workshop mereka dapat mulai melakukan latihan-latihan, sehingga September mendatang sudah siap. Di samping itu, kami juga memberikan pembinaan saat latihan," ucapnya.
Sementara itu, budayawan Prof Dr I Made Bandem mengatakan Tari Cak atau Kecak sesungguhnya dari sejak ada sudah banyak perubahan. Untuk menjadi Cak Modern setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan ide atau gagasan yang dipakai tema, bentuk yang ditampilkan, serta keharmonisan antara tema dan bentuk yang ditampilkan.
"Kalau dulu menggunakan lakon Ramayana dan cerita klasik. Kenapa sekarang tidak menggunakan tema modern atau cerita rakyat atau legenda lainnya?" ujarnya.
Demikian juga dengan yang berperan sebagai "pengecak" atau pengiring suara tarian, tambah Bandem, bisa juga dijadikan objek tertentu seperti kayu, gunung, gua sesuai dengan cerita. Namun unsur "pengecaknya" harus paling kuat.
"Intinya pengembangan kebudayaan Bali itu harus berkelanjutan. Perubahan itu absolut, sehingga dalam kesenian harus terbuka untuk melakukan perubahan, termasuk dalam kesenian Cak," ujarnya.
Sedangkan Made Marlowe Bandem, salah satu kurator Bali Mandara Nawanatya mengatakan lewat workshop itu pihaknya ingin memberikan pendampingan, masukan, serta contoh tentang perkembangan Cak di Bali, mulai dari tahun 1930.
Untuk menjadikan Cak modern bisa dengan menggabungkan permainan pencahayaan, maupun dengan menggunakan instrumen lain seperti band, ada juga tarian hiphop dan nyanyian Bali.
"Dengan melihat kondisi Cak saat ini, apakah ini bentuk kegirangan sesaat atau tidak, yang penting generasi muda sadar dan tetap mencintai budaya Bali tetapi tetap memberikan nafas baru terkait perkembangan zaman," kata Marlowe.
Dalam kesempatan itu, peserta workshop merupakan perwakilan dari 10 SMA/SMK se-Bali, disertai dengan guru pembina seni dan siswa yang nantinya akan berperan sebagai penari Cak. (WDY)
Bali Inginkan Perkembangan Tari Cak Sesuai Kekinian
Sabtu, 14 Mei 2016 20:49 WIB