Jakarta (Antara Bali) - Seniman batik asal Jepang, Fusami Ito,
memperkenalkan batik "renaissance" yang memadukan desain tradisional
Indonesia dengan kualitas tinggi standar internasional.
"Ini sebuah terobosan baru, renaissance sendiri artinya kelahiran
kembali. Jadi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional
Indonesia, saya mendesain batik yang disesuaikan dengan selera pasar
internasional, dalam hal ini Jepang," ujar Ito dalam prapameran batik
rancangannya di kediaman Duta Besar Jepang, di Jakarta, Minggu malam.
Selain untuk memperkenalkan batik Indonesia ke pasar dunia, wanita
yang menjabat sebagai Ketua Asosiasi Seniman Lintas Budaya (CCAA) itu
mengatakan proyek batik "renaissance" dapat membantu meningkatkan taraf
hidup pengrajin batik, khususnya yang masih menggunakan teknik klasik
seperti batik tulis dan batik cap.
Ito mengaku khawatir karena saat ini batik jenis printing atau cetak
lebih merajai pasaran daripada jenis batik klasik yang sebenarnya
memiliki nilai seni dan nilai jual lebih tinggi.
"Kebanyakan yang masuk ke Jepang itu batik printing yang harganya
murah. Saya ingin memperkenalkan ke masyarakat Jepang bahwa batik itu
bermacam-macam jenisnya, saya mau mempromosikan batik bernilai seni
tinggi yang pembuatannya lebih sulit dan harganya tidak murah sebab kita
harus menghargai karya para pengrajin batik tulis yang mulai
terpinggirkan," tuturnya.
Didominasi dengan motif bunga dan warna-warna lembut seperti merah
muda, kuning, abu-abu, dan biru muda, Ito mengaku batiknya telah
disesuaikan dengan selera orang-orang Jepang, diantaranya kain batik
yang khusus untuk dijadikan kimono.
Ia pun menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam pembuatan batiknya. "Desain batik saya dikerjakan oleh para pengrajin di tiga tempat
yaitu di Solo, Madura, dan Pekalongan. Tapi khusus untuk proses
pencelupan dilakukan di Solo karena saya harus melihat langsung dan
mengontrol teknik serta kualitas bahan yang digunakan untuk mencelup
batik," tutur wanita yang sempat mengenyam pendidikan di Institut Seni
Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.
Karena menggunakan kain asli dari Jepang dan waktu pembuatan yang
bisa memakan waktu hingga 1,5 tahun, harga yang dipasang untuk batik
karya Ito pun tergolong mahal. Untuk kain batik dua sisi sepanjang empat meter dijual dengan harga
Rp10 juta hingga Rp25 juta. Sedangkan batik untuk kimono dengan lebar 30
centimeter dan panjang 12 meter, dijual dengan kisaran harga Rp20
juta-Rp60juta tergantung pada jenis bahan dan tingkat kesulitan dalam
membuat.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Jepang untuk Indonesia
Tanizai Yasuaki berharap proyek batik Renaissance yang diinisiasi Fusami
Ito dapat menciptakan pasar bagi batik jenis baru tersebut. Untuk menarik minat pasar, tak kurang dari 250 koleksi batik
"Renaissance" karya Fusami Ito akan dipamerkan untuk umum pada 14
Oktober mendatang di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. (WDY)
Seniman Jepang Perkenalkan Batik "Renaissance"
Senin, 12 Oktober 2015 7:41 WIB