Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mencatat sebanyak 31.767 orang terserang diare sejak Januari hingga Juli 2015 yang tersebar di sembilan kabupaten/kota akibat kualitas air tercemar selama musim kemarau.
"Dari total keseluruhan penderita diare itu tersebar merata di sembilan kabupaten/kota di Bali," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Gede Wira Sunetra, di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan dari 31.767 orang yang tercatat pernah terserang diare itu terdapat di Kota Denpasar sebanyak 6.224 kasus, Kabupaten Buleleng (4.947), Jembrana (1.780), Tabanan (4.294), Badung (3.054), Gianyar (5.833), Klungkung (1.580), Bangli (1.705) dan Karangasem (2.350).
Meskipun jumlah penderita diare cukup banyak, lanjut dia, pihaknya belum menemukan kasus kematian akibat penyakit itu.
"Jumlah penderita terbanyak ada di Denpasar, hal itu dikarenakan jumlah penduduknya lebih padat dibandingkan dengan yang lainnya," katanya.
Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat tetap waspada, karena air minum yang dikonsumsi harus benar-benar layak minum atau tidak mengandung kuman sehingga harus direbus terlebih dahulu untuk membunuh bakteri yang ada di dalamnya.
"Air juga sangat penting untuk upaya pencegahan diare," ujarnya.
Wira menjelaskan penyebab lain penyakit diare yakni pengaruh makanan yang diduga mengandung kuman, perilaku yang kurang sehat seperti tidak mencuci tangan sebelum makan.
"Untuk menjaga kesehatan masing-masing mulailah dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat," ujarnya.
Pihaknya meminta seluruh masyarakat Bali selalu membiasakan diri menjaga kebersihan diri dengan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar tidak terserang diare.
"Penyakit diare tidak mengenal tempat dan waktu karena dapat menyerang masyarakat pedesaan dan perkotaan, sehingga upaya pertama untuk mencegah terjadinya diare harus ditanggulangi dengan melakukan PHBS," ujarnya.
Dengan melakukan upaya itu, secara tidak langsung akan meningkatkan taraf hidup kesehatan masyarakat disertai tindakan nyata dengan langkah-langkah pencegahan sejak dini yakni mengubah pola perilaku hidup bersih dan sehat. (WDY)