Denpasar (Antara Bali) - Bunga Bangkai yang tumbuh kerdil di pekarangan rumah milik Ni Nyoman Sari di Banjar Sema, Payangan, dekat kawasan wisata Ubud, Kabupaten Gianyar-Bali, atau 35 kilometer timur laut Denpasar sudah mulai mekar, Jumat.
Anehnya Bunga Bangkai berwarna merah marun itu, tidak mengeluarkan bau busuk seperti bunga sejenis tempo dulu, yang tumbuh di semak-semak atau di areal pekuburan umum, dan tidak kelihatan ada lalat bangkai (buyung besar).
Nyoman Sari mengatakan, hampir setiap tahun ada beberapa kuntum bunga bangkai tumbuh di pekarangannya dan sekarang hujan baru turun sejak beberapa hari, sudah muncul Bunga Bangkai yang lazim disebut penduduk setempat bunga Sueg.
"Tahun lalu ada tiga bunga sejenis tumbuh di pekarangan ini," kata Nyoman Sari sambil menyebutkan bunga itu mekar hampir bersamaan dengan bunga Wijaya Kusuma yang mekar hanya satu jam pada pukul 23.00 waktu setempat.
Bunga Bangkai tidak mengeluarkan bau busuk seperti cerita masyatakat tempo dulu, sedangkan bunga wijaya yang mekar pada tengah malam berwarna putih bersih menyebarkan bahu harum dan enak dicium, tutur Nyoman wanita setengah baya tersebut.
Bunga jenis langka yang saat dijumpai masih kuncup itu, kini sudah mekar dan tidak menyebarkan bau busuk, kurang mendapat perhatian dari khalayak, akibat masyarakat sendiri umumnya tidak mengerti akan keberadaan tanaman tersebut.
Ia mengatakan, bunga yang muncul di pekarangan rumah itu dinilai sebagai jenis langka. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Bunga Lading yang bisa menyebarkan bau busuk. Jadi wajar kurang mendapat perhatian dari masyarakat.
Apalagi tanaman yang dianggap langka itu, pada saat musim hujan sering ditemukan berkembang di antara semak-semak di beberapa kawasan di Pulau Dewata dan yang lebih dikenal hanya bunga yang berjenis Rafflesia Arnoldi.
Namun sejatinya tanaman tersebut memiliki 170 jenis bunga bangkai yang hidup di seluruh dunia, 25 species di antaranya hidup di Indonesia khususnya di wilayah Bengkulu dan Sumatera. (WDY)