Singaraja (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta jajarannya terus mengevaluasi pelaksanaan program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan masyarakat.
"Saya ingatkan, instansi terkait agar melakukan cek dan ricek terlebih dahulu dalam menentukan lokasi Simantri. Jangan dipaksakan. kalau dalam perjalanannya tak berkembang, cepat evaluasi atau dimodifikasi," katanya di sela-sela meninjau Simantri 051 yang dikelola Gabungan Kelompok Tani Bhakti Lestari di Desa Les, Kabupaten Buleleng, Minggu.
Ia mengemukakan bahwa program Simantri selain sebagai upaya membangkitkan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani, upaya pelestarian populasi sapi Bali juga menjadi semangat awal diluncurkannya program tersebut.
Namun pelaksanaannya di lapangan, lanjut Pastika, tetap harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di setiap wilayah yang memiliki karakteristik berbeda.
"Jadi, paket Simantri itu tak harus dipaksakan sapi. Bisa ada alternatif lain seperti kambing, babi, ayam atau bebek misalnya," ucapnya.
Hal itu diungkapkan Pastika menyikapi belum optimalnya pemanfaatan hasil olahan seperti biourine dan kompos di Simantri 051.
"Karena memang di sini adalah areal perkebunan, jadi pemanfaatan biourinenya belum begitu banyak," ujarnya.
Oleh karena itu, Pastika berharap program Simantri digarap lebih inovatif agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat, khususnya para petani.
"Selain itu agar mampu mengembalikan kejayaan populasi sapi Bali di daerah ini. Karena faktanya, saat ini populasi sapi Bali justru terbanyak ada di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat," ujarnya menambahkan.
Program Simantri yang telah diluncurkan Pemprov Bali sejak 2009 hingga saat ini sudah terbentuk lebih dari 400 unit. Setiap gabungan kelompok tani yang mendapat program Simantri memperoleh bantuan sebesar Rp200 juta untuk pembelian 20 ekor sapi, pembuatan instalasi untuk pengolahan pupuk organik, biourine, dan biogas. (WDY)