Malang (Antara Bali) - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan, Muhammadiyah jangan mau dicabik-cabik untuk kepentingan para elit politik atau politisi, terutama menjelang Pemilihan Presiden 2014.
"Dengan kejernihan kalbu, kita orang-orang Muhammadiyah maupun organisasinya jangan mau dicabik-cabik oleh kepentingan politisi. Muhammadiyah harus punya daya tahan, jangan sampai terseret arus," ujarnya dalam Kajian Ramadhan "Rekonstruksi Masa Depan Berbasis Kejernihan Qalbu" di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu.
Din menegaskan, Muhammadiyah harus bisa menjadi "wasit" moral, jangan sampai ada gontok-gontokan.
Namun, ia menilai, fakta di lapangan apa yang terjadi dalam tiga hari terakhir ini tidak hanya organisasi saja yang terbelah, negeri ini dan Islam pun juga terbelah hanya karena "syahwat politik".
Ia mengemukakan, kondisi negeri ini menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014, terutama dalam tiga hari terakhir sudah berlebihan, banyak komponen masyarakat hingga organisasi pun ikut terbelah.
Bahkan, kata Din, dirinya diyakinkan banyak pihak bahwa dalam proses pilpres nanti secara teoritis hasilnya hanya selisih tipis akan berpotensi rusuh.
"Kalau hal itu sampai terjadi, negeri ini dihadapkan pada jurang kehancuran, apalagi kekuatan asing sudah menunggu dengan caranya sendiri," ujarnya.
Pada kesempatan itu Din juga mengajak seluruh anggota Muhammadiyah untuk ikut menyukseskan pilpres dan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) 9 Juli 2014, dan anggota maupun kader Muhammadiyah tidak boleh golput.
Hanya saja, Din menekankan, ketika memilih seorang calon pemimpin harus mengedepankan rasionalitas, integritas, moral, dan apakah calon tersebut agamis.
Kalau memilih pemimpin hanya karena intriknya, apalagi hanya karena imbalan materiil, maka itu namanya jahat sekali dan orang bersangkutan tidak cerdas sama sekali, katanya.
Selain itu, Din mengemukakan, jika masih kurang yakin dengan pilihannya, maka berdoalah dan lakukan shalat istikharah terlebih dahulu sebelum datang ke tempat pemunggutan suara (TPS) karena untuk menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan.
"Saya juga tidak setuju kalau pilpres ini dipersepsikan sebagai perang, apalagi sampai perang badar, sebab di sini tidak ada perang fisik dan tidak ada kaitannya dengan perang agama," ujarnya.
Berkaitan dengan kedua calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres), ia menilai, keduanya ada sisi baiknya dan ada sisi kurang baiknya.
"Saya juga mengenal semua calon, dan Muhammadiyah kita dorong saja sebagai wasit moral yang tidak memihak capres siapapun," demikian Din Syamsuddin.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-M. Jusuf Kalla (Jokowi-JK). (WDY)