Kuta (Antara Bali) - Negara-negara yang tergabung dalam Cospas Sarsat atau sistem search and rescue (SAR) berbasis satelit internasional menyatakan tidak mendeteksi sinyal pesawat Malaysia Airlines, MH370 sejak menghilang pada 8 Maret 2014.
"Tidak ada satupun salah satu anggota (Cospas Sarsat) yang melaporkan menerima sinyal (MH370)," kata Kepala Sekretariat Cospas Sarsat, Steven W. Lett usai pembukaan pertemuan Komite Bersama Cospas Sarsat ke-28 di Kuta, Kabupaten Badung, Senin.
Menurut dia, tidak diterimanya sinyal dari pesawat yang melayani rute Kuala Lumpur-Beijing itu diprediksi karena "Emergency Locator Transmitter" (ELT) yang merupakan peralatan darurat pendeteksi lokasi hilangnya pesawat tidak diaktifkan di dalam ruang kemudi pilot.
Pihaknya juga tidak bisa memastikan dimana lokasi pesawat yang mengangkut 239 orang penumpang beserta kru tersebut meskipun tim SAR dari sejumlah negara tidak menemukan bangkai pesawat itu di lokasi yang diduga selama ini yakni di Samudera Hindia.
"Saya tidak bisa menyatakan itu (lokasi pesawat), satu sama lain dengan otoritas di Australia dan Malaysia," ujarnya.
Selama ini, kata dia, pencarian dilakukan di Samudera Hindia berdasarkan laporan data analisis sinyal dari Inmarsat, satelit maritim internasional yang berkedudukan di London, Inggris.
Apalagi dari pemberitaan di sejumlah media, hasil pencarian di lokasi ditemukannya sinyal ping di Samudera Hindua oleh Australia dianggap telah selesai karena sinyal tersebut bukan berasal dari pesawat tersebut.
Pengalaman terkait menghilangnya pesawat Malaysia Airlines, MH370 itupun menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan Cospas Sarsat di Kuta, Bali.
Ketua Badan SAR Nasional, Marsekal Madya F.H.B Soelistyo menyatakan bahwa meskipun menjadi salah satu pembahasan namun insiden tersebut tidak menjadi fokus dalam pertemuan ke-28 itu.
"Itu (MH370) akan menjadi salah satu bagian diskusi tetapi tidak menjadi fokus pembahasan," katanya.
Cospas Sarsat merupakan organisasi internasional yang berkedudukan di Montreal, Kanada dengan jumlah anggota mencapai 43 negara termasuk Indonesia.
Cospas Sarsat memiliki kegiatan tahunan yang fokus membahas tentang pendeteksian dini terhadap musibah penerbangan dan pelayaran yang menggunakan sistem komunikasi satelit Corpas Sarsat. (WDY)