London (Antara Bali) - Indonesia akan mengirim sebanyak 100 dosen memulai skema
Program 1000 Doktor pada tahun 2015, yang saat ini proses seleksinya
sedang berlangsung .
Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam
(DIKTIS) membuka peluang bagi dosen untuk memilih negara Inggris,
Eropa, Australia, dan Amerika serta beberapa Negara ASEAN sebagai
destinasi pendidikan S2/S3/PostDoc selain negara Timur Tengah yang
sudah terjalin selama ini, demikian Murniati Mukhlisin, salah satu
penerima beasiswa DIKTIS 2012 yang menuntut ilmu di University of
Glasgow, UK kepada Antara London, Rabu .
Dikatakannya peluang beasiswa tersebut merupakan kesempatan, yang luar
biasa bagi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam yang selama ini dikenal
kalah bersaing dalam bidang ilmu dan riset dengan dosen perguruan tinggi
lainnya.
Murniati yang mewakili Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia mengatakan
kebijakan nasional bagi peningkatan mutu dosen di Indonesia selama ini
ditangani dua kementerian yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Kementerian Agama.
Bekerjasama dengan instansi pendidikan sebagai pengusul dan pemberi
rekomendasi, dosen diberikan tunjangan beasiswa dengan anggaran
kementerian atau universitas terkait, yang berlokasi di dalam maupun
luar negeri.
Dikatakannya saat ini terdapat 153 ribu dosen tetap dengan jumlah 52
ribu dosen tetap yang masih memegang gelar S1. Tentunya ironis sekali
dosen S1 juga mengajar S1, ujar Murniati yang tengah melanjutkan
studinya di bidang PhD Islamic Accounting.
Bagi penerima beasiswa S3 luar negeri, dua kementerian tersebut
memberikan tunjangan penuh mulai dari tiket penerbangan, biaya kuliah
selama 3-4 tahun, tunjangan asuransi, buku serta biaya hidup.
Kasubdit Kelembagaan DIKTIS Dr. Mastuki HS, secara terpisah mengatakan
pada tahun 2012 telah dikirim sebanyak 42 dosen dan pada tahun ini
direncanakan program khusus S2/S3 ke Perancis sebanyak 30 dosen,
penguatan bahasa Arab ke Timur Tengah 40 dosen,dan beasiswa S2/S3 ke
negara pilihan sebanyak 40 dosen.
Cahyono Sigit Pramudyo, mahasiswa S3 dalam bidang Teknik Manufaktur dan
Industri, Asian Institute of Technology, Thailand mengatakan peluang
studi di luar negeri meningkatkan kesempatan untuk membangun jejaring
Internasional.
Seperti info tertera di laman web DIKTI Januari 2014 mengenai Sistem
Penilaian Angka Kredit Dosen, diwajibkan untuk mempublikasikan risetnya
di jurnal internasional sebagai persyaratan Usulan Kenaikan Pangkat
dosen terutama di jenjang Guru Besar.
"Saat ini sangat sedikit sekali dosen PTAI yang mempresentasikan karya
ilmiahnya di konferensi internasional dan juga mengirim karyanya di
jurnal internasional, " ujarnya.
Hal ini dikarenakan kendala bahasa Inggris, kurangnya strategi dan tidak
percaya diri, padahal tidak kalah pandai loh dengan dosen lainnya, ujar
Murniati yang juga merupakan anggota Editorial Board jurnal
internasional.
Atase Pendidikan, KBRI London Prof. TA Fauzi Soelaiman, kepada Antara
mengatakan dalam Panduan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana DIKTI tahun
2013, sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, DIKTI mengirim 3,803 dosen dan
calon dosen ke 27 negara untuk melanjutkan jenjang studi S2 dan S3 di
berbagai bidang.
Hal ini jelas akan meningkatkan mutu dosen dan pengajaran kepada anak
didik jangka menengah dan jangka panjang yang pada akhirnya akan
membantu pembangunan nasional Indonesia, ujar Fauzi Soelaiman.
Menurut data saat ini ada 153 ribu dosen tetap dengan jumlah 52 ribu
dosen tetap yang masih memegang gelar S1 , data ini memerlukan perhatian
khusus bagi pemegang kebijakan khususnya bidang pendidikan demi majunya
pendidikan nasional Indonesia.
Pemetaan dosen di seluruh daerah harus dilakukan lebih akurat dan
informasi peluang beasiswa dapat disebarkan secara luas merata untuk
memberikan kesempatan yang sama bagi para dosen untuk melanjutkan
pendidikannya.
Di samping itu, proses penyeleksian harus transparan dan tegas supaya
hanya yang layak yang terpilih, demikian Murniati Mukhlisin. (WDY)
Pengiriman 100 Dosen Awali Skema Program Seribu Doktor PTAI
Rabu, 28 Mei 2014 7:51 WIB