Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi menilai bahwa tradisi, budaya, dan agama Hindu yang dianut sebagian besar masyarakat Bali mempunyai kaitan yang erat satu sama lain.
"Bahkan kebudayaan itu sangat ditentukan oleh agama, sehingga kearifan lokal sangat mudah dilihat dalam proses rekonstruksi ajaran agama, baik dalam bentuk karya sastra, bangunan suci, maupun kegiatan ritual," kata Sumadi yang juga Ketua Program Doktor IHDN Denpasar itu, di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan hubungan erat antara agama, adat, dan kebudayaan di Bali menunjukkan agama berisi tujuan hidup, adat mengajarkan cara hidup dan kebudayaan berisi nilai hidup.
"Semua itu dimaksudkan bahwa di Bali, adat (acara) dijadikan tata cara pelaksanaan ajaran agama Hindu, sehingga antara agama, adat, dan kebudayaan telah terjalin secara harmonis yang merupakan rangkaian saling mendukung satu sama lainnya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa agama merupakan sumber untuk menemukan asal, hakekat, dan tujuan hidup, sedangkan adat untuk merealisasikan diri dalam kehidupan serta kebudayaan menjadi sarana mendapatkan nilai kehidupan.
Sumadi mengatakan kearifan lokal Bali cukup beragam, dapat diklasifikasikan sesuai fungsinya menjadi tiga jenis, yakni kearifan lokal fungsional untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam (Tri Hita Karana).
Selain itu, katanya, kearifan lokal yang fungsional untuk pengembangan sumber daya manusia, seperti ritual Manusa Yadnya (upacara daur hidup) serta kearifan lokal yang fungsional untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, yakni ritual Dewi Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan. (*/ADT)
Pengamat: Budaya dan Agama Terkait Erat
Selasa, 7 Januari 2014 8:26 WIB