Denpasar (Antara Bali) - Anggota Forum Kerja Sama Asia Timur dan Amerika Latin (FEALAC) saling bertukar informasi mengenai keberhasilan dan strategi pembangunan kepariwisataan berkelanjutan dalam seminar yang berlangsung di Bali, Senin.
"Seminar ini ingin mendapatkan contoh keberhasilan negara-negara lain dan langkah mengatasi permasalahan pariwisata berkelanjutan yang sesuai dengan kode etik pariwisata internasional," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), I Gde Pitana di Denpasar, Senin.
Pitana saat membuka seminar Forum for East Asia and Latin America Cooperation (FEALAC) yang bertajuk pariwisata berkelanjutan dan etika kepariwisataan itu mengatakan seminar diselenggarakan sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam menyambut posisi Indonesia sebagai Ketua FEALAC sekaligus tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri VI FEALAC. Pertemuan itu akan akan diselenggarakan pada 13-14 Juni 2013 di Bali.
"Permasalahan kepariwisataan yang mendasar saat ini adalah masih banyak komponen masyarakat, komponen pariwisata yang berpikir sesaat dan belum berpikir untuk kepentingan jangka panjang. Apalagi indikator keberhasilan pembangunan itu seringkali sifatnya jangka pendek," ujarnya.
Menurut dia, seringkali pelaku pariwisata menggunakan paradigma jangka pendek hanya berpikir untuk lima tahun ke depan atau bahkan untuk tahun ini saja. "Orang-orang merasa tidak sabar kalau berpikir pariwisata untuk 20 tahun ke depan," ucapnya.
Pitana tidak memungkiri ada banyak hambatan dalam kepariwisataan, tetapi itu merupakan hal yang biasa. Kalau banyak permasalahan jangan berhenti pada daftar masalah tetapi harus dilanjutkan dengan solusi, diantaranya melalui konsep kerjasama pemerintah dan swasta.
"Di sinilah perlunya pendekatan integratif dalam pembangunan pariwisata dan tidak bisa parsial. Tidak bisa hanya menggantungkan pada pemerintah pusat saja, tidak bisa pemerintah daerah, tidak bisa swasta dan masyarakat saja. Semuanya harus diintegrasikan dalam kerjasama pemerintah dan swasta," katanya.
Ia mencontohkan Kemenparekraf tidak akan mungkin mengurusi hal kebersihan di Pantai Sanur setiap hari. "Kami memberikan dukungan, dorongan dan arah, tetapi implementasinya pada masing-masing kabupaten/kota, termasuk masyarakat lokal," katanya.
Anggota FEALAC yang hadir pada seminar ini diantaranya dari Brazil, Kamboja, China, Kolombia, Ekuador, Salvador, Jepang, Korea, Malaysia, Peru, Filipina, Thailand serta perwakilan organisasi pariwisata dunia seperti UNWTO, PATA dan EATOF.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu antara lain I Gede Ardika (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata periode 2001-2004), Hary Hwang (UNWTO), Byoung-Jik Park (Korea), Agus H Canny (PATA), Tazbir (Yogyakarta), Ade Nurwenda (ACCOR). Mewakili masyarakat lokal antara lain Made Suarnatha dan Doto Yogantoro.
Penyelenggaraan seminar tersebut diharapkan meningkatkan kerjasama yang selama ini telah terjalin. Selain itu juga diharapkan meningkatkan konektivitas antarkawasan. (LHS)
Anggota FEALAC Bertukar Informasi Kepariwisataan di Bali
Senin, 10 Juni 2013 16:00 WIB