Denpasar (Antara Bali) - Calon Gubernur Bali yang diusung PDIP, Anak Agung Ngurah Puspayoga menegaskan, upaya menjaga dan melestarikan kawasan hutan bakau di Pulau Dewata, khususnya di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai. merupakan harga mati yang tidak bisa ditawa-tawar lagi.
"Saya secara pribadi dan partai PDIP, sudah sejak lama melakukan pelestarian lingkungan hidup khususnya kawasan hutan mangrove," kata AAN Puspayoga yang berpasangan dengan Dewa Nyoman Sukrawan (PAS) di Denpasar, Kamis.
Mantan Wali Kota Denpasar itu sebelumnya berbaur dengan ratusan masa pendukungnya melakukan penanaman pohon bakau di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.
Bahkan PDIP tahun 1977 telah memelopori pelestarian hutan mangrove yang menjadi paru-paru kota Denpasar.
"Pada waktu itu Ketua DPC PDIP Badung Adi Sudewa dan Ketua DPD PDIP Bali, Tjok Bagus Sayoga yang juga orangtua saya melakukan penanaman pohon bakau di kawasan Tahura," ujarnya.
Dengan demikian upaya pelestarian mangrove adalah harga mati yang tak bisa ditawar lagi.
Puspayoga sendiri meski saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama sudah ikut aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan hutan tersebut.
Kepedulian akan hutan mangrove itu bukan tanpa alasan. Sebabnya Bali hanya memiliki luasan hutan mangrove yang begitu kecil.
"Kita sadar hutan mangrove kita tidak banyak, hanya 1.500 hektare. Itu tersebar di Kabupaten Badung dan Denpasar," ujar Puspayoga yang juga menjabat Wakil Gubernur Bali.
Ia meyakin keberadaan hutan mangrove di Bali memiliki dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
"Ini harus kita lestarikan, karena keberadaan hutan bakau akan menjadi kebanggaan masyarakat Bali, nasional bahkan internasional," ujar Puspayoga.
Meski luasan hutan mangrove di Bali terbilang kecil, Puspayoga mensyukuri hal itu masih bisa dilestarikan keberadaannya hinga kini. Sebab, kawasan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar kini terus tergerus oleh pesatnya pembangunan.
"Tidak mudah di sebuah kota itu ada hutan mangrove. Ini tugas kita bersama-sama melestarikan, menjaga dan terus menghijaukan," ujar Puspayoga mengajak peranserta masyarakat menjaga kelangsungan hutan bakau.
Pelestarian mangrove dan menjaga kebersihan lingkungan menurut Puspayoga sesungguhnya merupakan implementasi konsep "Bali clean and green" yakni provinsi bersih dan hijau.
"Clean-nya, sampah plastik mari kita bersihkan, karena itu yang mengganggu kehidupan hutan mangrove. Green-nya, wilayah yang kosong, mangrove-nya yang sudah mati kita tanam kembali. Itu konsep clean and green," ujarnya.
Mangrove sendiri memiliki banyak fungsi yang dapat menjaga dan melestarikan lingkungan. Oleh sebabnya Puspayoga menolak alih fungsi hutan mangrove dengan alasan apapun.
"Jangan jadikan hutan mangrove akomodasi pariwisata. Itu harus kita tolak bersama-sama. Hutan mangrove harus kita lestarikan, sehingga hutan mangrove itu berguna untuk anak cucu kita. Bukan anak cucu saya," tegas Puspayoga. (*/ADT)
Pelestarian Hutan Bakau Harga Mati
Kamis, 4 April 2013 11:34 WIB