Banda Aceh (ANTARA) - Pelatih dayung Bali Agi Ginanjar mengakui pihaknya membutuhkan penjaringan untuk regenerasi atlet dayung khususnya untuk kategori dayung berdiri atau Stand Upn Paddle (SUP).
“Kami cari sumber daya manusia lebih baik untuk regenerasi. Kami kesulitan, mudah-mudahan ke depan ada,” kata Agi Ginanjar di sela Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera 2024 di Banda Aceh, Rabu.
Menurut dia, Bali hanya meloloskan satu atlet dayung SUP putra yang masuk kualifikasi PON XXI Aceh-Sumatera Utara, yakni Lukas Gallu Beko.
Padahal, lanjut dia, Provinsi Bali yang wilayahnya dikelilingi pesisir berpotensi besar melahirkan atlet dayung khususnya SUP.
Selain itu, banyaknya wilayah pantai di Bali juga memudahkan atlet untuk melakukan latihan.
Untuk itu, ia mengharapkan proses pembinaan hingga penjaringan dapat dilakukan salah satunya melalui kampus atau sekolah.
“Sasarannya bisa melalui ekstra kurikuler, atau unit kegiatan mahasiswa di kampus. Mudah-mudahan ada tertarik,” katanya.
Baca juga: Pebiliar Bali kembali tekuk Jawa Tengah pada nomor berbeda cabang biliar PON 2024
Ada pun nomor pertandingan SUP tersebut, kata dia, berangkat dari olahraga rekreasi air yang mirip dengan selancar.
“Olahraga ini berangkat dari rekreasi, akhirnya mendunia. Ini kami juga perdana,” katanya.
Sebelumnya, atlet dayung SUP Bali Lukas Gallu Beko berpeluang menyumbangkan medali pada ajang olahraga terbesar empat tahun sekali itu.
Namun, ia harus puas berada di tempat keempat pada final dayung SUP putra 1.000 meter, bersaing dengan atlet Papua Barat, Jakarta, dan Jawa Timur.
Hingga Rabu (11/9) pukul 11.00 WIB, kontingen Bali telah mengoleksi 16 medali yakni empat emas, tiga perak, dan sembilan perunggu.
Dua medali emas disumbangkan dari cabang olahraga balap sepeda putri, sedangkan dua lainnya dari kriket putra dan putri.
Dengan capaian medali itu, Bali saat ini bertengger sementara di peringkat kesembilan dari 37 kontingen PON XXI.
Baca juga: Atlet Bali target pecahkan catatan waktu Olimpiade Paris di PON 2024