Denpasar (ANTARA) - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta Gubernur Bali Wayan Koster memperhatikan kondisi pengairan atau subak di sawah saat memasuki musim kemarau di tahun ini.
“Saya bicara dengan gubernur untuk diperhatikan mewaspadai yang BMKG katakan bahwa kita kemungkinan mengalami musim kering, jadi saya sudah katakan ke Pak Gubernur tolong yang namanya subak nanti bagaimana kalau kekurangan air,” kata dia.
Dalam pidato pembukaan Pesta Kesenian Bali di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Minggu itu, Megawati menyampaikan rasa perhatiannya terhadap persawahan di Pulau Dewata.
Ia menyadari bahwa sistem subak yang dibangun berdasarkan kultur dan budaya itu hanya ada di Bali sehingga penting untuk diantisipasi ketika puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang.
“Subak itu tidak ada yang punya, saya lihat di ASEAN seperti Vietnam, Kamboja, ada sawah tapi tidak ada sistem pengairan yang seperti Bali yang disebut subak. Bali itu betul anugerah, pulaunya kecil kalau dibanding Kalimantan atau Papua, tapi sangat ekslusif,” tutur Megawati.
Sambungnya, kekhasan Bali sendiri juga dirasakan oleh ahli asal Prancis yang ia temui saat masih menjabat sebagai presiden dulu, di mana ilmuwan tersebut merasakan ada kekuatan besar di pulau Bali.
Oleh sebab itu, selain mengantisipasi kondisi subak, Megawati juga meminta Gubernur Wayan Koster menjaga budaya lainnya seperti lontar.
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu meminta Wayan Koster mengumpulkan lontar yang berisi catatan sejarah dan ilmu untuk dipelajari, salah satunya untuk ilmu pengobatan tradisional.
“Di event seni budaya kolosal terbesar di Bali ini hendaknya tradisi Bali yang hampir punah terus digali dan rekonstruksi kembali, untuk itu makanya saya diminta menangani BRIN karena riset itu penting,” ujarnya menyampaikan pesan.