Jakarta (ANTARA) - Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia Agung Yudha mengatakan media sosial kini menjadi wadah untuk berdiplomasi secara digital seiring dengan perkembangan teknologi saat ini.
"Komunikasi dunia berubah saat ini, yang membuat perubahan cara berkomunikasi dalam hal diplomatik. Hampir semua pemimpin menggunakan platform Twitter," ujar Agung dalam acara Digital Diplomacy di Jakarta, Selasa.
Dalam presentasinya, Agung menyebutkan sebanyak 951 akun Twitter adalah milik para pemimpin dunia.
Twitter menjadi platform yang paling banyak digunakan oleh pemimpin dunia. Facebook pada urutan kedua dengan 677 akun, sementara Instagram di urutan ketiga dengan 403 akun.
Hal tersebut, menurut Agung, dikarenakan konten Twitter yang "hidup."
"Twitter dibuat untuk mendiskusikan sesuatu dan biasanya tempat untuk bertemu orang yang tidak kita kenal secara personal. Pembicaraan yang timbul di Twitter ini mendukung usaha diplomasi," kata dia.
Percakapan yang sedang hangat-hangatnya di Twitter sering kali dimanfaatkan oleh akun kedutaan besar untuk mempromosikan diri.
Sebagai contoh, Yudha menyebutkan, akun @KBRIWashDC memanfaatkan momentum tingginya percakapan Marvel vs DC saat film "Justice League" meluncur pada 2017.
Akun kedutaan besar Indonesia di Washington DC itu ikut dalam obrolan tersebut untuk "mengiklankan" keberadaan kantor kedutaan besar tersebut.
Akun Twitter Swedia @swedense juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kuliner khas bola daging Swedia, yang bisa ditemui di IKEA.
Media sosial jadi cara berdiplomasi secara digital
Rabu, 11 September 2019 10:09 WIB