Buleleng (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali Putri Suastini Koster mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan produk tenun ikat asli daerah sebagai upaya melestarikan agar tidak sampai punah.
"Mari para perajin tenun jangan pernah meninggalkan warisan leluhur kita ini. Karena kalau sudah punah tenun ikat kita, maka untuk merekontruksinya akan sangat berat dan membutuhkan waktu yang lama," kata Putri Koster saat membuka Bimbingan Teknis Diversifikasi dan Peningkatan Kualitas Tenun Ikat di Desa Sembiran, Buleleng, Senin.
Kekhawatiran akan kepunahan produk tenun ikat, termasuk dari Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu dinilai Putri Koster juga akibat regenerasi para penenun selama ini masih belum banyak.
Di sisi lain, produk tenun bordiran berharga murah membanjiri pasaran yang secara perlahan akan mematikan penghidupan para perajin tenun asli.
"Apalagi masyarakat sekarang lebih memilih yang harganya murah, kalau hasil tenun asli harganya sangat mahal seperti songket. Namun produk bordir pabrik diproduksi dengan mesin, sehingga bisa diproduksi secara cepat dan massal. Jika dibiarkan terus, tentu seiring waktu akan membuat tenun warisan leluhur akan punah," ucapnya.
Menanggapi permasalahan tersebut, menurut istri Gubernur Bali ini, Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali.
Melalui Pergub ini, diharapkan masyarakat akan mencintai produk dalam negeri dan menggunakan produk hasil produksi daerahnya sendiri.
"Pemprov Bali sangat serius menyikapi permasalahan ini, kita ingin melindungi dan melestarikan warisan leluhur. Dengan diberlakukannya Pergub ini, diharapkan para pelaku industri kerajinan Bali dapat menerima manfaatnya secara maksimal. Untuk itu, saya minta para peserta yang mengikuti bimbingan teknis ini serius sehingga bisa memenuhi keinginan pasar," ujar Putri Koster.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan bahwa kegiatan bimtek ini diselenggarakan oleh Pemprov Bali melalui Disdagperin untuk meningkatkan kualitas para perajin tenun ikat di Bali.
Menurutnya, pemerintah perlu memberikan edukasi yang lebih mendalam kepada masyarakat khususnya para perajin terkait pakem yang ada dalam tenun ikat termasuk soal kualitas bahan baku, kualitas pewarnaan dan bagaimana cara promosi agar kain tenun asli bisa diserap oleh pasar.
Putu Astawa berharap dengan bimtek yang akan dilaksanakan dari 24-28 Juni yang menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun ikat khas Desa Sembiran hingga dapat dikenal pasar.
"Hal ini juga kami lakukan sebagai upaya dalam mendorong ekonomi masyarakat dan meningkatkan UMK di Bali, serta memunculkan generasi baru yang tertarik untuk mendalami usaha tenun ikat," kata Astawa.