Denpasar (Antara Bali) - Pemkot Denpasar, Bali dijadwalkan akan menggelar perayaan "Tumpek Rulut" atau ritual upacara menyucikan gamelan pada Sabtu (20/8) bertepatan dengan Saniscara Kliwon Krulut, yang dipusatkan di Lapangan Puputan Badung, jantung Kota Denpasar.
"Ritual upacara itu adalah bentuk persembahan suci terhadap Ida Sanghyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Semara Ratih," kata Kabag Kesra Kota Denpasar, IGN Mataram, Jumat.
Dia menjelaskan, ritual itu sesuai keterangan dalam lontar Prakempa yang menyebutkan seluruh instrumen gambelan yang ada di Bali baik terbuat dari bambu maupun logam perlu diupacarai dengan berbagai kelengkapan upakara yadnya pada waktu Tumpek Klurut.
Menurut dia, perayaan tersebut sebagai bentuk revitalisasi dari semangat hari raya Tumpek Krulut. Makna pemujaan Tumpek Krulut tidak lain adalah mendalami semangat alat musik tradisional itu yang melahirkan keteduhan dan kekuatan jiwa.
"Nada dan bunyi memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa, bahkan diyakini merupakan kekuatan yang utama," ujarnya.
Mataram mengatakan, dalam konteks pemujaan keharmonisan alam bisa dicapai dengan membangkitkan kekuatan Siwa agar bergerak. Kreasi gerak Siwa karena alunan nada itu dikenal Siwanataraja.
Secara filsafat pemujaan bunyi-bunyian saat Tumpek Krulut mengandung makna pengendalian Tri Guna (satwam, rajas, dan tamas) serta Tri Marga yakni dharma, artha dan kama.
Dijelaskan, sudah menjadi tradisi saat "Tumpek Krulut" umat Hindu di Pulau Dewata melakukan persembahan kepada Sang Pencipta dengan manifestasinya sebagai taksu suara atau bunyi-bunyian yang berstana pada berbagai alat musik dan gambelan.
Hal ini tidak terlepas dengan keadaan kehidupan dan tata krama dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali yang mengutamakan kesejahteraan dan harmonisasi alam lingkungan, manusia dan Tuhan yang disebut tri hita karana.
Perayaan keagamaan tersebut untuk mengingatkan masyarakat bahwa di dalam budaya Hindu Bali terjadi keharmonisan hubungan baik terhadap segala ciptaan Tuhan baik berupa kehidupan maupun penghormatan terhadap potensi budaya yang berupa kesenian yang dimunculkan akibat proses musikal.(**)