Negara (Antaranews Bali) - Kawasan Gilimanuk yang merupakan ujung barat Pulau Bali dalam wilayah Kabupaten Jembrana tampaknya menyimpan potensi "segitiga emas" objek wisata yakni bahari, hutan, dan museum.
"Sejauh yang menjadi wewenang Pemkab Jembrana, sekarang kami fokus melakukan penataan di Teluk Gilimanuk. Berbagai fasilitas pariwisata kami bangun di kawasan itu," kata Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Dan Budaya Jembrana I Nyoman Wenten, di Negara (24/6).
Dalam sejarah pariwisata Jembrana, wilayah Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya selalu menjadi pilihan utama untuk pengembangan dan pembangunan objek wisata. Posisi geografi yang sangat dekat dengan laut dan hutan, menjanjikan perjalanan wisata lengkap mulai dari keindahan bahari hingga keanekaragaman dan keteduhan hutan.
"Dari sisi pengelolaan, kawasan yang potensial menjadi objek wisata di Kelurahan Gilimanuk terbagi menjadi dua yaitu yang menjadi wewenang Pemkab Jembrana dan Taman Nasional Bali Barat (TNBB)," katanya.
Menurutnya, Teluk Gilimanuk, hutan mangrove dan museum manusia purba merupakan kawasan yang bisa dikelola pemerintah kabupaten, sementara wilayah Pantai Karangsewu berada di bawah TNBB.
"Karena berada pada satu wilayah, kami beberapa kali melakukan koordinasi dengan TNBB agar bersama-sama mengembangkan objek wisata di wilayah tersebut," katanya.
Dengan pertimbangan sudah dikenal wisatawan sejak dulu, ia mengatakan, saat ini prioritas Pemkab Jembrana adalah menyelesaikan penataan di kawasan Teluk Gilimanuk.
Di teluk yang berdekatan dengan Pelabuhan Gilimanuk ini, menurutnya, akan segera dilakukan perbaikan dermaga untuk jetsky, penataan taman dan beberapa fasilitas lainnya.
"Apa yang akan dikerjakan merupakan fasilitas susulan, karena beberapa tahun terakhir Pemkab Jembrana rutin melakukan pembangunan yang berkaitan dengan pariwisata di wilayah tersebut," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi Teluk Gilimanuk sangat berubah dengan penataan yang dilakukan Pemkab Jembrana. Patung Dewa Siwa berdiri menjulang dengan dikelilingi taman, yang sering dikunjungi wisatawan lokal. Tersambung dengan itu adalah objek wisata Teluk Gilimanuk yang dikelola kelompok masyarakat, dengan fasilitas penyewaan sampan dan alat menyelam.
"Bagi wisatawan yang ingin berkeliling di teluk dengan beberapa pulau di tengahnya, bisa menyewa sampan kepada kami. Biasanya kalau wisatawan asing lebih memilih wisata menyelam, karena pemandangan bawah laut di perairan ini sangat bagus," kata Ketua Kelompok Wisata Tirta Anak Agung Alit Wirawan, yang mengelola objek wisata tersebut.
Ia mengatakan, untuk menyewa sampan, pihaknya menarik biaya Rp150 ribu dengan sampan yang mampu menampung sembilan orang dewasa. Dari teluk, sampan akan dibawa berkeliling melewati Pulau Kalong dan Pulau Burung dengan pemandangan hutan mangrove yang luas. Menurutnya, saat liburan, cukup banyak wisatawan lokal yang menyewa sampan, sehingga setiap anggota kelompok bisa membawa rombongan lima sampai sepuluh kali setiap hari.
"Kalau hari-hari biasa saat pengunjung yang datang terbatas, anggota kami gilir untuk menyewakan sampannya. Saat sepi, paling hanya dua atau tiga kali ada yang menyewa sampan," katanya.
Terkait dengan kondisi Teluk Gilimanuk yang saat ini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk areal parkir yang luas dan bersih, ia mengakui, hal itu terbukti bisa menarik jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut.
Namun, ia mengatakan, sampai saat ini ia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok masyarakat, baru bisa mengandalkan penyewaan sampan dan alat selam sebagai penghasilan. "Belum ada pungutan tiket masuk dan parkir di kawasan ini. Mungkin karena baru, Pemkab Jembrana ingin promosi dulu," katanya.
Dikonfirmasi untuk menarik retribusi tiket masuk ke Teluk Gilimanuk, Wenten mengatakan, pihaknya masih menunggu pengesahan peraturan daerah yang mengatur retribusi, agar dasar hukum pungutan tersebut kuat. "Sementara ini memang masih kami gratiskan. Karena itu aset daerah, untuk pungutan retribusi harus ada dasar hukumnya yaitu peraturan daerah," katanya.
Sambil menantikan pengesahan peraturan daerah tersebut, ia mengatakan, penataan kawasan Gilimanuk termasuk promosinya terus dilakukan salah satunya dengan mengajak investor internasional ke teluk serta kawasan sekitarnya.
"Selain investor, kami juga mengajak biro perjalanan pariwisata internasional untuk melihat langsung objek wisata di Gilimanuk," katanya. Ia berharap, mereka bisa mempromosikan pariwisata Jembrana di luar negeri, sehingga semakin banyak wisatawan asing yang datang ke daerah ini.
Langsung merasa di Bali
Dengan keberadaan alam yang lengkap mulai dari laut hingga hutan di Gilimanuk, wilayah ini memang potensial menjadi objek wisata unggulan Kabupaten Jembrana. Potensi tersebut disadari pemerintah kabupaten setempat, dengan pembangunan tanpa henti di pintu gerbang Pulau Bali dari arah Pulau Jawa ini.
Patung Dewa Siwa berikut tamannya, serta monumen budaya Jembrana dan Bali lainnya yang saat ini tersebar di berbagai wilayah di Gilimanuk, merupakan bukti komitmen Pemkab Jembrana agar kawasan ini menjadi daerah tujuan wisata.
Dalam berbagai kesempatan, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan mengatakan, pihaknya ingin begitu orang turun dari kapal di Pelabuhan Gilimanuk sudah merasa berada di Bali.
"Karena itu Gilimanuk kami tata dengan nuansa Bali yang kental. Jangan sampai orang sudah sampai di Gilimanuk, belum tahu atau merasa sudah sampai ke Bali," katanya. Karena dianggap strategis sebagai objek wisata, ia mengatakan, penataan dan pembangunan di Kelurahan Gilimanuk akan terus dilakukan, serta diimbangi dengan promosi untuk menarik wisatawan ke wilayah tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan Bupati I Putu Artha dengan menyatakan, saat ini sektor pariwisata menjadi salah satu program prioritas Pemkab Jembrana. Karena itu, pembangunan fasilitas wisata dilakukan di berbagai wilayah Kabupaten Jembrana, khususnya di tepi jalan raya Denpasar-Gilimanuk.
"Kami ingin wisatawan domestik maupun asing dari arah Jawa atau sebaliknya tidak hanya melintas, tapi juga singgah bahkan menginap di Jembrana. Potensi pariwisata disini sangat besar, tinggal membangun fasilitas dan gencar berpromosi," katanya.
Selain objek wisata yang secara alamiah sudah ada, menurutnya, Pemkab Jembrana juga membangun objek wisata "rekayasa" seperti Kebun Raya Jagatnatha di pusat Kota Negara. Kebun raya yang lokasinya berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Jembrana ini diharapkan, menjadi daya tarik wisatawan yang akan dipadukan dengan objek wisata lainnya.
"Kami tawarkan dengan berkunjung ke Jembrana, wisatawan akan menikmati jenis-jenis objek wisata yang berbeda yang tidak akan memakan banyak waktu. Disini lengkap, ada wisata laut, hutan bahkan tebing," katanya.
Dari sisi kunjungan, penataan yang dilakukan Pemkab Jembrana mulai menunjukkan hasil, salah satunya terlihat saat arus mudik dan balik lebaran. Pemudik, khususnya saat kembali ke Bali, banyak memanfaatkan kawasan Teluk Gilimanuk untuk beristirahat serta rekreasi sejenak. Gazebo atau tempat duduk yang ada dipenuhi pengunjung, bahkan beberapa diantaranya menggelar tikar di sekitar taman.
"Saat memberikan masukan kepada pemerintah terkait pembangunan di kawasan ini, kami memang minta agar kawasan dibangun dengan mempertimbangkan pengunjung lokal. Kecenderungan pengunjung lokal, mereka mau bebas termasuk dengan menggelar tikar bersama keluarganya," kata Alit Wirawan.
Laki-laki yang tekun mengelola Teluk Gilimanuk sejak tahun 2003 bersama kelompok masyarakat ini mengatakan, pembangunan objek wisata harus mempertimbangkan jenis pengunjung yang akan berkunjung ke lokasi bersangkutan. Dari dulu hingga sekarang, menurutnya, pengunjung ke teluk ini didominasi wisatawan domestik, termasuk warga lokal Kabupaten Jembrana.
"Memang ada wisatawan asing yang singgah, namun jumlahnya kalah jauh dengan wisatawan domestik. Sudah sewajarnya, situasi yang dibangun sesuai dengan kebutuha dan keinginan wisatawan domestik. Persoalan kelak ramai dengan wisatawan asing, fasilitas yang ada sekarang kan bisa dikembangkan ke arah itu," katanya.
Kadek Artawan, salah seorang anggota Kelompok Wisata Tirta mengakui, sejak berbagai fasilitas dibangun di lokasi tersebut, terjadi kenaikan jumlah pengunjung yang cukup signifikan. Ia mengaku, sebagai anggota kelompok, dirinya lebih banyak mengurus penyewaan alat selam, yang biasanya diminati wisatawan asing.
"Disini sudah ada pekerjaan masing-masing, ada yang menyewakan sampan ada juga yang mengelola alat selam seperti saya. Soal berapa dapat uang, tergantung masa liburan," katanya.
Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Kelurahan Gilimanuk bisa dibilang berubah total. Tidak hanya objek wisata, pembangunan sarana publik lainnya juga dilakukan Pemkab Jembrana seperti terminal barang yang terbukti bermanfaat saat arus mudik lebaran. Khusus Teluk Gilimanuk, yang dulunya hanya mengandalkan fasilitas seadanya, kini sudah menjelma menjadi objek wisata dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Dengan datang berwisata ke Gilimanuk, bisa menikmati pemandangan bahari dan hutan dalam waktu yang bersamaan. Belum lagi pengetahuan tambahan dengan mengunjungi museum manusia purba Gilimanuk.
Perubahan juga terlihat dengan tumbuhnya ekonomi kerakyatan di Teluk Gilimanuk dan sekitarnya. Pedagang kecil maupun yang membuka lapak, dengan gampang bisa ditemui di teluk itu, termasuk warung-warung yang dibangun Pemkab Jembrana. Tidak jauh dari teluk, masih di wilayah Kelurahan Gilimanuk, juga ada usaha-usaha kuliner termasuk penginapan-penginapan.(GBI)
"segitiga emas" objek wisata tersimpan di Gilimanuk
Minggu, 24 Juni 2018 12:15 WIB