Denpasar (Antara Bali) - Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Jawa Timur, mendorong pemberdayaan masyarakat penyandang disabilitas di Indonesia untuk memiliki kesempatan kerja yang sama karena didukung beragam keahlian.
"Mereka adalah bagian dari masyarakat walaupun memiliki keterbatasan tetapi semua sama. Jadi itu penting bahwa komunitas harus melihat kelebihan mereka yang beragam," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Konjen Amerika Serikat di Surabaya Christine Getzler Vaughan dalam diskusi pemberdayaan ekonomi masyarakat disabilitas di Denpasar, Senin.
Menurut Christine diadakannya diskusi tersebut merupakan inisiatif Konjen AS di Surabaya dan Kedutaan Besar AS di Jakarta sebagai salah satu kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
"Itu (diskusi) salah satu cara yang bisa kami promosikan untuk kemitraan antara AS dan Indonesia," ucapnya.
Dia menjelaskan di Amerika Serikat ada kebijakan nasional menyangkut penyandang disabilitas yang memberikan akses seperti sekolah dan kesempatan kerja.
Dalam diskusi yang digelar di Annika Linden Center Denpasar tersebut, juga menghadirkan Wakil Ketua Asosiasi Penyandang Disabilitas Amerika Serikat Joyce Bender yang memberikan pemahaman untuk membantu penyandang disabilitas mendapatkan pelatihan dan akses untuk bekerja.
"Saya ingin membantu masyarakat Indonesia (penyandang disabilitas) mendapatkan pelatihan dan keahlian. Jadi mereka mandiri sama halnya dengan orang lain sampai mereka memiliki kemandirian," ucapnya.
Ia merupakan pemimpin Bender Consulting Services di Penssylvania AS, perusahaan yang memberikan mentoring dan pelatihan serta merekrut penyandang disabilitas sebagai tenaga kerja.
Joyce memiliki latar belakang epilepsi sehingga mendedikasikan dirinya untuk menolong orang-orang dengan keterbatasan fisik mendapatkan pekerjaan.
Diskusi yang dihadiri lembaga swadaya masyarakat, penyandang disabilitas dan beberapa perusahaan di antaranya perhotelan di Bali itu membahas terkait penyediaan lapangan pekerjaan dan memberikan pelatihan bagi penyandang disabilitas.
Sementara itu perwakilan dari Bali Hotel Association (BHA) Virginie Tutin Sandstrom mengatakan perhotelan di Pulau Dewata sudah banyak yang merekrut penyandang disabilitas, termasuk hotel yang ia pimpin berlokasi di kawasan Kuta juga sudah merekrut dua penyandang disabilitas.
"Hotel besar dan hotel berjaringan itu sudah kewajiban (merekrut penyandang disabilitas) dan Indonesia sudah ada peraturan satu penyandang disabilitas harus ada dari 100 karyawan," ucapnya.
Virgninie yang menjadi pelaksana salah satu program BHA untuk masyarakat penyandang disabilitas itu mengatakan penyandang disabilitas memiliki budaya kerja yang baik, disiplin dan loyal.
Pihaknya juga kerap melakukan pelatihan kepada penyandang disabilitas dengan lembaga swadaya masyarakat di Bali agar mereka siap masuk ke dunia kerja. (Dwa)