Nusa Dua (Antara Bali) - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) optimistis Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang menjadi target investor untuk berinvestasi di pasar "fixed income" atau tingkat pendapatan tetap karena didukung peringkat layak investasi yang meningkat.
"Pasar `fixed income` Indonesia masih tumbuh dengan `yield` (imbal hasil) yang lebih tinggi sehingga tentunya akan lebih menarik bagi investor, " kata Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Ananta Wiyogo saat pembukaan Pertemuan "Fixed Income Asia" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Menurut Ananta, potensi pembiayaan perumahan di Indonesia juga masih besar yang menjadi daya tarik untuk diterbitkan efek beragun aset kredit kepemilikan rumah (EBA KPR).
Belum lagi pasar modal kawasan Asia yang berkembang pesat termasuk di Indonesia dengan peringkat investasi menjadi "investment grade" atau layak investasi, sehingga banyak produk investasi yang dapat dimanfaatkan penanam modal juga menjadi indikator penting.
"Karena itu, diharapkan investor tertarik berinvestasi pada efek yang diterbitkan oleh SMF baik berupa surat utang korporasi maupun EBA Surat Partisipasi," katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dalam kesempatan yang sama mengatakan SMF didirikan pemerintah untuk memfasilitasi sumber daya jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan KPR masyarakat berpenghasilan menengah bawah.
Sesuai mandatnya, lanjut dia, SMF sebagai penyedia likuiditas kepada penyalur KPR melalui penerbitan obligasi dan penerbit transaksi sekuritisasi.
Ia lebih lanjut mengatakan SMF sebagai penerbit EBA SP, mengalirkan dana dari pasar modal ke pasar pembiayaan perumahan.
Wamenkeu menambahkan perbankan diminta untuk dapat membantu proses sekuritisasi KPR secara berkesinambungan melalui penyaluran KPR dengan suku bunga yang lebih stabil, peningkatan kemampuan dalam menyalurkan KPR baru serta membuka akses yang lebih luas kepada pembiayaan perumahan untuk seluruh keluarga Indonesia.
"Seiring dengan berkembangnya pasar perumahan, kemampuan dari pelaku pasar untuk mendukung pembiayaan perumahan di Indonesia menjadi penting," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Lana Winayanti dalam sambutannya mengatakan bahwa Efek Beragun Aset Kredit Pemilikan Rumah (EBA KPR) sukses diterapkan di banyak negara yang semua melibatkan pentingnya dukungan Pemerintah.
"Kami berharap Pemerintah dan para pembuat kebijakan dapat memberikan dukungan lebih terkait landasan hukum dan kebijakan," katanya.
SMF didirikan pada tahun 2005 di bawah Kementerian Keuangan yang mengemban tugas membangun dan mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan melalui sekuritisasi dan pembiayaan.
BUMN itu memiliki kontribusi penting dalam menyediakan dana menengah panjang bagi pembiayaan perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan.
Dengan demikian diharapkan penyaluran KPR dapat meningkatkan volume penerbitan KPR terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
SMF menjadi tuan rumah pelaksanaan konferensi keempat tersebut yang dihadiri 200 delegasi dari anggota "Asian Secondary Mortgage Market Association" (ASMMA) di antaranya Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Filipina, Mongolia dan Indonesia.
Peserta yang hadir terdiri dari pemangku kebijakan dan regulator di pasar modal seperti Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta investor seperti dana pensiun, perusahaan asuransi dan perusahaan "asset management". (*)
Video oleh Pande Yudha